Sabtu 05 Oct 2019 18:11 WIB

Arab Saudi Perbolehkan Pria dan Wanita Asing Sekamar Hotel

Perempuan, termasuk warga Saudi, juga diizinkan menyewa kamar sendiri.

Tamu hotel (ilustrasi)
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Tamu hotel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi memperbolehkan perempuan dan pria asing yang tidak menunjukkan adanya ikatan untuk menyewa kamar hotel bersama, setelah kerajaan Muslim konservatif tersebut meluncurkan rezim visa turis baru untuk menarik wisatawan. Perempuan, termasuk warga Saudi, juga diizinkan menyewa kamar sendiri, menorobos peraturan sebelumnya.

Langkah tersebut sepertinya membuka jalan bagi perempuan tak berpendamping untuk melakukan perjalanan lebih mudah dan pengunjung asing tak menikah untuk tinggal bersama di negara Teluk, tempat seks di luar nikah dilarang.

Komisi Pariwisata dan Warisan Nasional Arab Saudi, Jumat (4/10), mengonfirmasi laporan surat kabar berbahasa Arab, Okaz, menambahkan, "Semua warga negara Arab Saudi diminta menunjukkan kartu identitas keluarga atau bukti ikatan saat check in ke hotel. Ini tidak diperuntukkan bagi wisatawan asing. Semua perempuan, termasuk warga Saudi, dapat memesan dan tinggal di hotel sendirian, dengan menunjukkan kartu identitas pada saat check in."

Arab Saudi pada pekan lalu melebarkan pintunya bagi wisatawan asing dari 49 negara dengan mengembangkan sektor tersebut sekaligus meragamkan ekonominya agar tidak bergantung pada minyak. Sebagai bagian dari langkah tersebut, pihaknya memutuskan bahwa pengunjung tidak diharuskan menggunakan jubah panjang hitam namun mesti berpakaian sopan. Sementara itu, alkohol tetap dilarang.

Arab Saudi relatif tertutup selama puluhan tahun. Pria dan wanita yang bukan muhrim, termasuk warga asing, dapat dihukum berat karena berbaur di depan umum. Norma sosial yang ketat mulai mendapat pelonggaran dalam beberapa tahun belakangan dan hiburan yang sebelumnya dilarang kini berkembang.

Namun arus wisatawan dengan target 100 juta pengunjung tahunan hingga 2030 oleh otoritas setempat dapat mendorong batasan lebih lanjut dan risiko reaksi konservatif. Pihak Kerajaan tahun lalu mencabut larangan yang dikecam luas soal perempuan mengendarai kendaraan dan pada Agustus memberi hak bagi perempuan untuk ke luar negeri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement