REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Pembicaraan nuklir antara pejabat Pyongyang, Korea Utara (Korut) dan Washington, Amerika Serikat (AS) mengalami kebuntuan. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Negosiator Nuklir Korut, Kim Myong Gil, setelah negosiasi terakhir di Swedia.
Seperti dilansir Reuters pada Ahad (6/10), kepada wartawan Kim mengatakan bahwa pembicaraan dengan delegasi AS selama beberapa waktu terakhir mendapati hal yang tak diinginkan Korut. Menurut dia, keputusan tersebut juga diambil karena berdasarkan pada pandangan negosiator AS, pihaknya beranggapan belum ada perubahan dari sudut pandang dan sikap AS sebelumnya.
"Negosiasi belum memenuhi harapan kami dan akhirnya putus," kata Kim kepada wartawan melalui penerjemah.
Kim memaparkan, AS telah meningkatkan penawaran dan saran agar pihaknya menggunakan pendekatan yang fleksibel dan disertai metode baru serta solusi kreatif. Namun demikian, sambung dia, pendapat AS tersebut dianggap mengecewakan Korut dan juga mengurangi antusiasme pihaknya untuk melanjutkan negosiasi. “Itu mengurangi antusiasme kami untuk bernegosiasi. Kami juga tidak akan membawa apapun ke meja negosiasi (lanjutan)," katanya.
Pertemuan terakhir yang berlangsung di pinggiran ibu kota Swedia itu adalah diskusi tingkat kerja formal pertama sejak Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong Un bertemu. Pertemuan kedua pemimpin negara pada Juni lalu itu sepakat untuk memulai kembali perundingan yang macet setelah pertemuan yang gagal di Vietnam pada Februari sebelumnya.
Sementara itu, berbicara di Athena pada akhir tur Eropa Selatan saat pembicaraan Korut-AS masih berlangsung di Stockholm, Sekretaris Negara AS Mike Pompeo berharap agar ada kemajuan dalam pembicaraan dengan Korut terkait nuklir. "Kami sadar ini akan menjadi pertama kalinya kami memiliki kesempatan untuk berdiskusi dan masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan oleh kedua tim," katanya.
Terpisah, para analis beranggapan bahwa pemimpin kedua negara itu sedang menghadapi peningkatan insentif untuk mencapai kesepakatan. Meskipun tidak jelas apakah kesamaan dapat ditemukan setelah ketegangan berbulan-bulan tersebut berlangsung. Pasalnya, hanya sehari setelah mengumumkan perundingan baru itu, Korut mengatakan pihaknya telah melakukan uji coba penembakan rudal balistik baru yang dirancang untuk peluncuran kapal selam.
Hal tersebut tentunya menjadi suatu gerakan provokatif. Utamanya bagi Washington untuk bergerak cepat dalam menegosiasikan batasan pada persenjataan yang berkembang di gudang senjata Pyongyang.