Ahad 06 Oct 2019 05:10 WIB

Bentrokan Maut Terjadi Lagi di Irak, Lima Meninggal

Kerusuhan tersebut menjadi yang paling mematikan di Irak sejak 2017.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Endro Yuwanto
Demonstrasi antipemerintah di Baghdad, Irak, Rabu (2/10). Massa menuntut perbaikan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja.
Foto: (AP Photo/Hadi Mizban
Demonstrasi antipemerintah di Baghdad, Irak, Rabu (2/10). Massa menuntut perbaikan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Polisi dan massa kembali bentrok di Baghdad, Irak, pada Sabtu (5/10). Dalam prosesnya, bentrokan dua kubu tersebut memuncak ketika massa anti-pemerintah diadang oleh ratusan pasukan keamanan. Sebanyak lima orang meninggal dalam kejadian tersebut.

Setelah beberapa hari kekerasan berlangsung di Irak, kepolisian dan sumber medis mengungkapkan bahwa sekitar 81 orang di Baghdad dan kota lainnya meninggal hingga awal pekan ini. Namun demikian, Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) semi-resmi Irak menyebutkan ada 94 orang meninggal. Sehingga, jumlah pasti belum bisa dipastikan.

Dilansir dari Reuters, Ahad (6/10), kerusuhan tersebut menjadi yang paling mematikan di Irak sejak 2017. Kerusuhan telah mengguncang pemerintahan Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi.

Di selatan kota Nassiriya, sedikitnya 18 orang meninggal dalam sepekan ini. Hal tersebut terjadi setelah pihak polisi menembak langsung demonstran.

Penembakan tersebut beralasan karena pengunjuk rasa yang membakar beberapa markas partai politik di kota itu, termasuk markas besar partai Dawa yang mendominasi Pemerintahan Irak sejak 2003 hingga pemilihan 2018 lalu. "Kekerasan juga pecah lagi di Diwaniya, kota lain di selatan Baghdad," kata polisi.

Lebih lanjut, Komisi Tinggi HAM mengatakan, pasukan keamanan telah menahan ratusan orang ketika berdemonstrasi. Namun demikian, sebagian di antaranya telah dibebaskan. Dikatakan juga, lebih dari 3.000 orang terluka dalam beberapa hari kekerasan.

Ketika menghadapi demonstran, selain penembak jitu yang digunakan oleh pasukan keamanan untuk melakukan tembakan langsung, gas air mata dan water cannon juga dilakukan untuk mengurai massa.

Hal tersebut lantaran pasukan keamanan menuduh oknum bersenjata ikut bersembunyi di antara demonstran untuk menembak polisi. Diketahui pula beberapa polisi ikut meninggal.

Unjuk rasa dilakukan setelah kurangnya layanan warga dan korupsi pemerintah yang kemudian meletus pada Selasa lalu di Baghdad. Dalam prosesnya, dengan cepat juga ikut menyebar ke kota-kota Irak lainnya, terutama di selatan. Bentrokan terakhir itu juga pecah ketika pihak berwenang mulai memberlakukan jam malam di pusat kota.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement