REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Liga Arab menyerukan Pemerintah Irak untuk berdialog dengan masyarakat yang berpartisipasi dalam demonstrasi di sana selama beberapa hari terakhir. Aksi unjuk rasa diketahui telah menyebabkan puluhan orang meninggal dan ratusan lainnya luka-luka-.
“Kami menantikan Pemerintah Irak mengambil semua langkah untuk menenangkan situasi dan memulai dialog serius serta nyata untuk mengatasi penyebab protes,” kata Liga Arab dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (5/10), dikutip laman Anadolu Agency.
Liga Arab menegaskan bahwa mereka mendukung Irak mengambil segala tindakan untuk mengakhiri eskalasi serta mengembalikan perdamaian dan keamanan negara. Sejak 1 Oktober lalu, Irak diguncang gelombang demonstrasi.
Masyarakat turun ke jalan untuk memprotes permasalahan yang mereka hadapi, seperti meningkatnya pengangguran, akses terhadap layanan dasar, termasuk air dan listrik, yang terbatas serta praktik korupsi di tubuh pemerintahan yang merajalela. Mereka mendesak Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi mundur dari jabatannya.
Dia dianggap gagal dalam membangun dan memulihkan kondisi Irak pasca-peperangan melawan ISIS selama tiga tahun antara 2014 dan 2017. Namun aksi demonstrasi di sejumlah wilayah di Irak berujung ricuh. Demonstran terlibat bentrok dengan aparat.
Menurut seorang pejabat di Kementerian Kesehatan Irak setidaknya 100 orang telah tewas selama aksi demonstrasi di sana berlangsung. Lebih dari 2.500 orang lainnya mengalami luka-luka.
Untuk meredam ketegangan, Pemerintah Irak sempat memberlakukan jam malam. Namun alih-alih menenangkan, hal itu justru membuat warga Irak kian marah. Peraturan jam malam pun ditarik kembali.