REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Polisi Inggris menangkap 21 aktivis iklim, Senin (7/10). Penahanan ini terjadi di awal gerakan pembangkangan sipil damai selama dua pekan.
Aksi tersebut bertujuan mendesak pemerintah mengekang emisi karbon.
Protes yang diperkirakan diikuti 10 ribu orang di London merupakan bagian dari gerakan "Pemberontakan Kepunahan". Gerakan ini termasuk dalam pemberontakan internasional yang juga berlangsung di beberapa negara, seperti Australia dan Belanda.
Pemberontakan Kepunahan menjadi terkenal pada April ketika mengganggu lalu lintas di pusat kota London selama 11 hari. Lebih dari 1.000 aktivis ditangkap pada waktu itu, di antaranya 850 diadili karena berbagai pelanggaran kekacauan publik. Sejauh ini, 250 orang telah dihukum.
Polisi telah mengadopsi taktik yang lebih proaktif dalam menghadapi kelompok aktivis kali ini. Pada Sabtu, petugas masuk secara paksa ke sebuah gedung di London selatan, tempat para aktivis menyimpan peralatan untuk digunakan selama protes dua pekan mendatang.
Polisi menangkap 10 orang selama serangan itu dengan dugaan konspirasi menyebabkan gangguan publik. Pada Senin pagi, jumlah penangkapan telah meningkat menjadi 21 orang.
Para aktivis memblokir sebuah jembatan dan beberapa jalan di distrik Westminster ketika protes berkumpul pada Senin pagi. Sekelompok kecil lain menggunakan kostum rudal nuklir tiruan di luar Kementerian Pertahanan dan menyerukan pemerintah mengalihkan dana yang dihabiskan untuk kapal selam nuklir Trident Inggris ke kebijakan iklim.
Di lokasi lain, sepasang aktivis memarkir mobil di tengah jalan utama dan memutuskan tetap berada di mobil. Atas kejadian itu, petugas polisi mengelilingi kendaraan ketika mereka berusaha membuat aktivis itu meninggalkan mobil.
Secara terpisah, kelompok besar aktivis memblokir Lambeth Bridge dan Parliament Street, kedua lokasi itu dekat dengan Gedung Parlemen. Mereka membawa spanduk dengan slogan seperti "Perubahan iklim menyangkal masa depan anak-anak kita, kecuali kita bertindak sekarang".
Pensiunan dokter dari Skotlandia Richard Dyer mengambil bagian dalam protes. Dia mengatakan, tindakan itu sebagai perpanjangan dari karier medisnya karena perubahan iklim adalah ancaman terbesar bagi kesehatan masyarakat.
"Orang-orang dalam gerakan lingkungan dan ilmuwan iklim telah mencoba membujuk masyarakat dan pemerintah mengambil tindakan serius dan tidak ada yang terjadi," kata Dyer.
Polisi Metropolitan mengatakan, mereka akan memobilisasi ribuan petugas untuk menangani protes yang direncanakan pada pekan lalu itu. Pemrotes akan ditangkap ketika melanggar hukum.