Selasa 08 Oct 2019 01:25 WIB

Trump Ancam Hancurkan Perekonomian Turki

Pernyataan itu berkaitan dengan rencana Turki menggelar operasi militer di Suriah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Gita Amanda
Antrean warga Suriah yang tinggal di Turki menunggu dibukanya pintu perbatasan dengan Suriah di dekat Kota Kilis, Turki, Selasa (13/6). Secara berkala pemerintah Turki membuka perbatasan memberi kesempatan pengungsi Suriah mengunjungi kampung halamannya untuk menjalankan ibadah puasa dan hari raya Idul Fitri.
Foto: Mehmet Guzel/EPA
Antrean warga Suriah yang tinggal di Turki menunggu dibukanya pintu perbatasan dengan Suriah di dekat Kota Kilis, Turki, Selasa (13/6). Secara berkala pemerintah Turki membuka perbatasan memberi kesempatan pengungsi Suriah mengunjungi kampung halamannya untuk menjalankan ibadah puasa dan hari raya Idul Fitri.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan menghancurkan perekonomian Turki. Pernyataan itu berkaitan dengan rencana Turki menggelar operasi militer di basis pasukan Kurdi di Suriah.

“Seperti yang telah saya nyatakan sebelumnya, dan hanya untuk mengulangi, jika Turki melakukan sesuatu yang menurut saya, dengan kebijaksanaan saya yang besar dan tak tertandingi, dianggap terlarang, saya akan benar-benar menghancurkan serta melenyapkan ekonomi Turki (saya telah melakukannya sebelumnya!),” kata Trump melalui akun Twitter pribadinya pada Senin (7/10), dikutip laman Aljazirah.

Baca Juga

Pasukan Kurdi di Suriah merupakan sekutu utama AS dalam memerangi ISIS. Namun Turki menganggap pasukan Kurdi, terutama Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), sebagai pemberontak dan ancaman bagi keamanannya. Ankara memandang YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK).

Pada Ahad lalu, Gedung Putih mengumumkan akan menarik pasukan AS dari timur laut Suriah. Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi memandang keputusan AS sebagai tikaman dari belakang. Sebab selama ini mereka membantu Washington dalam memerangi ISIS.

SDF menilai, penarikan pasukan AS, ditambah dengan invasi Turki terhadap mereka, akan membalikkan kemenangan atas ISIS. Kendati demikian, Trump telah mempertahankan keputusannya.

Menurut dia, biaya untuk mendukung sekutu Kurdi memakan anggaran terlalu besar. “Orang-orang Kurdi berperang dengan kami, tapi dibayar sejumlah besar uang dan peralatan untuk melakukannya. Mereka telah berperang melawan Turki selama beberapa dekade. Turki, Eropa, Suriah, Iran, Irak, Rusia, dan Kurdi sekarang harus mencari tahu situasinya,” kata Trump.

PKK adalah kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Turki telah melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris.

Pada Januari 2018, Turki sempat menggelar operasi militer di wilayah Afrin, Suriah. Turki mengklaim operasi ini dilakukan untuk menumpas kelompok teroris dan milisi Kurdi yang mendiami wilayah tersebut. Adapun kelompoknya antara lain YPG, PKK, KCK (Persatuan Komunitas Kurdistan), dan PYD (Partai Persatuan Demokratik Suriah).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement