Kamis 10 Oct 2019 03:13 WIB

Cina Demonstrasi Kekuatan Senjata Canggih dengan Parade Militer

Beijing merayakan 70 tahun berdirinya RRC dengan parade militer megah.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Reuters/J. Lee
Reuters/J. Lee

15.000 tentara, setidaknya 160 pesawat terbang dan lebih dari 550 perlengkapan militer lainnya seperti tank, roket, dan drone ditunjukkan Tentara Pembebasan Rakyat Cina dalam parade peringatan 70 tahun Republik Rakyat Cina.

Selain Presiden Xi Jinping, Perdana Menteri Li Keqiang dan mantan Kepala Negara dan Pemerintahan Jiang Zemin dan Hu Jintao juga hadir. Xi yang mengenakan jaket Mao abu-abu berkata, "Tidak ada kekuatan yang bisa menghentikan orang Cina atau bangsa Cina."

Deutsche Welle bertanya kepada Gabriel Dominguez dari IHS Jane's Defence Weekly di London, apakah Cina begitu kuat secara militer untuk bisa memenuhi harapan Xi Jinping. Pakar senjata itu yakin bahwa parade ini penting dalam banyak hal, tidak hanya karena ukurannya.

"Tetapi juga untuk sistem senjata yang ditunjukkannya. Ini memperjelas beberapa hal, di antaranya, Cina memodernisasi pasukannya dengan kecepatan luar biasa," lanjut Dominguez.

Inovasi teknologi

Dominguez merujuk pada beberapa contoh. Penilaian kinerja sistem senjata berikut didasarkan pada keahlian IHS Jane's Defence:

Ada DF-41, sebuah rudal tiga tingkat antarbenua yang mampu membawa hingga 2.500 kilogram muatan sejauh 12.000 hingga 15.000 kilometer. Roket dapat dilengkapi dengan hingga sepuluh hulu ledak ganda yang menyerang target yang berbeda.

Selain itu ada DF-17. Ini adalah suatu roket yang harus dilengkapi dengan apa yang disebut sebagai rudal luncur hipersonik (HGV). HGV dapat membuat perubahan arah yang sangat cepat saat mendekat, yang membuatnya hampir mustahil untuk dicegat. Sebuah teknologi yang tidak dimiliki negara lain.

Drone GJ-11 (sebelumnya dikenal sebagai "Pedang Tajam") ditenagai oleh mesin turbofan. Dari luar, drone ini menunjukkan banyak kesamaan dengan model dari perusahaan peralatan perang AS, Northrop Grumman.

Selain itu, Cina juga memamerkan rudal baru yang dapat diluncurkan oleh kapal selam, mesin pembom strategis baru, helikopter dan tank.

Pesan untuk dunia

Tujuan Cina dengan parade ini tidak hanya untuk menunjukkan apa yang ditawarkan Tentara Pembebasan Rakyat, tetapi juga untuk mengirim pesan ke negara-negara tetangga dan calon penentang negara itu. "Cina ingin mengejar ketinggalan dengan negara-negara lain, melampaui AS dan akhirnya mengubah perang demi kepentingannya," kata Dominguez.

Dalam beberapa tahun terakhir, RRC semakin fokus pada sistem senjata ofensif "untuk memberikan pengaruh di luar perbatasan." Bukan tanpa alasan bahwa AS mengklasifikasikan Cina sebagai "pesaing yang hampir setara".

Fakta bahwa Cina tidak hanya memiliki kemungkinan, tetapi juga keinginan untuk memanfaatkan kekuatan militer itu, ditunjukkan oleh penampilannya yang kuat di Laut Cina Timur dan Selatan, misalnya. Meskipun militer Cina mengklaim bahwa pembangunan pulau-pulau buatan dan perlengkapannya dengan lapangan terbang dan peralatan militer di Laut Cina Selatan murni bersifat defensif, "negara-negara lain, terutama tetangga Cina, mulai waspada."

Sudah seberapa jauh?

Tapi seberapa siap sebenarnya senjata militer tersebut untuk digunakan? Di masa lalu, sudah biasa bagi militer Cina untuk hanya menunjukkan sistem senjata operasional. Penilaian menjadi lebih sulit tahun ini, seperti yang dijelaskan Dominguez.

Sebagai contoh, drone GJ-11 baru-baru ini digunakan. Karena itu orang hanya bisa berspekulasi tentang kesiapan penggunaan senjata-senjata tersebut untuk digunakan. Namun Tentara Pembebasan Rakyat sendiri mengatakan pada konferensi pers seminggu sebelum parade bahwa semua sistem sudah aktif dan siap digunakan.

Secara keseluruhan, Cina jelas memantapkan dirinya sebagai kekuatan militer regional. Di tahun 2017, Jenderal AS Joseph Dunford, yang mengepalai Staf Gabungan Jenderal Angkatan Bersenjata Amerika Serikat periode Oktober 2015 hingga September 2019, mengatakan, "Pengaruh AS sedang terkikis dan tidak sebesar di masa lalu."

Secara khusus, Cina bertujuan membatasi kemampuan manuver AS di Asia. Dalam jangka menengah, AS, yang mempertahankan hubungan militer yang erat di Asia dengan Jepang, Korea Selatan, Filipina dan Thailand, harus diusir dari wilayah ini. Dominguez berkata, "Ini masih proses yang panjang dan lebih mudah diucapkan daripada dilakukan."

(Ed. na/hp)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement