Rabu 09 Oct 2019 20:25 WIB

Iran Minta Turki Ubah Keputusan Gelar Aksi Militer di Suriah

Turki menganggap pasukan Kurdi di perbatasan ancaman bagi keamanannya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Pasukan Turki dan AS berpatroli dalam patroli darat gabungan di zona aman di wilayah Suriah yang berbatasan dengan Turki dekat Tal Abyad, Suriah, 4 Oktober 2019.
Foto: AP Photo/Baderkhan Ahmad
Pasukan Turki dan AS berpatroli dalam patroli darat gabungan di zona aman di wilayah Suriah yang berbatasan dengan Turki dekat Tal Abyad, Suriah, 4 Oktober 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani meminta Turki menghindari aksi militer di Suriah utara dalam rangka memerangi pasukan Kurdi. Teheran menilai langkah itu bukan pilihan yang tepat.

“Kami telah secara terbuka mengatakan satu-satunya solusi memastikan keselamatan dan keamanan di Turki selatan dan Suriah utara adalah kehadiran tentara Suriah,” kata Rouhani, Rabu (9/10).

Baca Juga

Dia meminta Turki mengubah keputusannya. “Kami menyerukan kepada saudara dan tetangga kami yang bersahabat, Turki, untuk bertindak dengan lebih sabar dan menahan diri serta merevisi keputusannya,” ujarnya.

Kendati demikian Rouhani mengaku memahami kekhawatiran Turki atas keamanan perbatasannya. “Kami percaya jalan yang benar harus diadopsi untuk menghilangkan kekhawatiran itu. Kurdi di Suriah harus mendukung tentara Suriah,” ucapnya.

Turki memang hendak menggelar operasi militer di Suriah utara yang berbatasan dengan negaranya. Mereka ingin menumpas pasukan Kurdi yang menguasai wilayah tersebut.

Turki menganggap pasukan Kurdi, terutama Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), sebagai pemberontak dan ancaman bagi keamanannya. Ankara memandang YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK).

PKK adalah kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Turki telah melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris.

Pada Januari 2018, Turki sempat menggelar operasi militer di wilayah Afrin, Suriah. Turki mengklaim operasi ini dilakukan untuk menumpas kelompok teroris dan milisi Kurdi yang mendiami wilayah tersebut. Adapun kelompoknya antara lain YPG, PKK, KCK (Persatuan Komunitas Kurdistan), dan PYD (Partai Persatuan Demokratik Suriah).

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memperingatkan Turki agar tidak bertindak di luar batas. Trump mengancam akan menghancurkan perekonomian Turki jika hal itu dilakukan.

“Seperti yang telah saya nyatakan sebelumnya, dan hanya untuk mengulangi, jika Turki melakukan sesuatu yang menurut saya, dengan kebijaksanaan saya yang besar dan tak tertandingi, dianggap terlarang, saya akan benar-benar menghancurkan serta melenyapkan ekonomi Turki (Saya telah melakukannya sebelumnya!),” kata Trump melalui akun Twitter pribadinya pada Senin lalu.

Selama memerangi ISIS di Suriah, AS memang bersekutu dengan pasukan Kurdi, yakni Pasukan Demokratik Suriah (SDF). Kerja sama antara kedua belah pihak itu berhasil menumpas milisi ISIS di negara tersebut. Namun, Washington telah memutuskan menarik pasukannya dari Suriah.

SDF, yang turut menjadi target dari operasi militer Turki, mengecam keputusan AS. SDF menilai, penarikan pasukan AS, ditambah dengan invasi Turki terhadap mereka, akan membalikkan kemenangan atas ISIS.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement