REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Jinping mengatakan, pemerintahannya mengawasi perkembangan situasi di Kashmir. Dia menyatakan, akan mendukung Pakistan dalam isu yang berkaitan dengan kepentingan utamanya.
Hal itu diungkap Xi saat bertemu Perdana Menteri Pakistan Imran Khan di Beijing pada Rabu (9/10). Dilaporkan Xinhua, dalam pertemuan tersebut Xi mengatakan kepada Khan bahwa salah dan benarnya situasi di Kashmir jelas.
Xi menilai, para pihak perlu menyelesaikan perselisihan di sana melalui dialog damai. Dalam konteks itu, yakni dialog antara Pakistan dan India.
Menurut laporan Radio Pakistan yang dikelola pemerintah, dalam pertemuan itu, Khan mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan Xi kepada negaranya, terutama terkait masalah Jammu-Kashmir. "Cina tidak pernah meminta apa pun atas dukungan yang diberikannya untuk kepentingan nasional kami dan membantu kami tanpa syarat," kata Khan, dikutip laman Anadolu Agency.
Cina diketahui telah menentang keputusan India mencabut status khusus Kashmir. Beijing menilai langkah itu tak dapat diterima. Ia pun bertekad membantu Pakistan mempertahankan hak dan kepentingannya yang sah.
India mencabut status khusus Kashmir pada 5 Agustus lalu. Langkah itu segera diprotes oleh masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Mereka turun ke jalan dan melakukan demonstrasi.
Mereka menolak status khusus dicabut karena khawatir dapat mengubah komposisi demografis Kashmir yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Guna meredam demonstrasi, India mengerahkan pasukan ke sana.
Jaringan televisi dan telekomunikasi, termasuk internet, sempat diputus. Tak hanya itu, India pun mendirikan pos jaga serta memberlakukan jam malam. Kashmir diisolasi dari dunia luar.
Sejak saat itu, Pakistan memutuskan menurunkan level hubungan diplomatiknya dengan India. Islamabad pun membekukan semua aktivitas perdagangannya dengan New Delhi.
Sejak merdeka dari Inggris pada 1947, Kashmir terpecah dua, dua per tiga di antaranya dikuasai India, sementara sisanya milik Pakistan. Wilayah itu kemudian dipisahkan dengan garis LoC. Perselisihan akibat sengketa Kashmir telah membuat India dan Pakistan tiga kali berperang, yakni pada 1948, 1965, dan 1971.
Selain soal Kashmir, saat bertemu Xi Khan pun berterima kasih karena Cina telah membantu Pakistan keluar dari situasi ekonomi yang sulit. Dia turut mengapresiasi dukungan Cina di bawah Cina-Pakistan Economic Corridor (CPEC). "Kami tidak akan pernah melupakan kerja sama keuangan Cina dalam hal ini," ujarnya, seperti dilaporkan laman DW.
Dalam kunjungannya ke Beijing, Khan juga sempat melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Cina Li Keqiang pada Selasa (8/10). Menurut Li, Cina sangat mementingkan kunjungan Khan dan delegasinya ke negara tersebut.
Li mengatakan Pakistan adalah mitra kerja sama strategis Cina dalam segala situasi. Fondasi hubungan kedua negara solid.
Dia menilai, kerja sama Pakistan dengan Cina tidak hanya sejalan dengan kepentingan kedua negara, tapi juga bermanfaat bagi perdamaian serta stabilitas regional. Li mengaku senang melihat Pakistan berhasil keluar dari situasi ekonomi yang sulit.
Beijing menyatakan siap untuk terus memberikan dukungan kepada Islamabad. "China siap bekerja dengan Pakistan untuk terus memperdalam rasa saling percaya strategis, memperluas kerja sama pragmatis, meningkatkan pertularan masyarakat dan budaya, serta mendorong hubungan bilateral dan kerja sama ke tingkat yang baru," ujar Li.
Selain itu, Cina pun siap untuk mempromosikan pengembangan CPEC, memperkuat kerja sama infrastruktur, perdagangan, keuangan, dan kapasitas industri. Li berjanji akan memperluas ekspor produk-produk Pakistan yang kompetitif ke China.
Dalam pertemuan tersebut, Li menegaskan bahwa Cina mendukung Pakistan dalam menjaga serta mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayahnya. Hal itu termasuk membela hak dan kepentingan Islamabad yang sah.
Khan menyambut komitmen Cina. Dia mengungkapkan Pakistan bersedia bekerja sama dengan Cina untuk memperluas perdagangan serta investasi, mempromosioan kerja sama dalam bidang energi, pembangkit listrik tenaga air, listrik nuklir, dan pertanian.
Pakistan pun menyatakan kesiapan untuk mempercepat pembangunan bersama Belt and Road dan CPEC. Pada akhir pertemuan Khan dan Li menandatangani perjanjian kerja sama dalam bidang infrastruktur, penegakan hukum, budaya, pendidikan, dan media.