Kamis 10 Oct 2019 07:26 WIB

Turki Gempur Wilayah Suriah Utara

Dua warga sipil dilaporkan ikut terbunuh dalam operasi militer Turki di Suriah Utara.

Rep: Umi Soliha/ Red: Nur Aini
Pasukan Turki dan AS berpatroli dalam patroli darat gabungan di zona aman di wilayah Suriah yang berbatasan dengan Turki dekat Tal Abyad, Suriah, 4 Oktober 2019.
Foto: AP Photo/Baderkhan Ahmad
Pasukan Turki dan AS berpatroli dalam patroli darat gabungan di zona aman di wilayah Suriah yang berbatasan dengan Turki dekat Tal Abyad, Suriah, 4 Oktober 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, SURIAH -- Turki melancarkan serangan kepada pasukan Kurdi di Suriah utara. Mereka melakukan serangan udara dan tembakan artileri di sepanjang perbatasan pada Rabu (9/10).

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengumumkan serangan awal tersebut di Twitter dan menamainya 'Operation Peace Spring'. Serangan tersebut memicu kecaman dari negara-negara barat yang telah bersekutu dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF).

Baca Juga

Media setempat melaporkan tentara Turki melepaskan tembakan artileri di perbatasan Ras al-Ain dan pesawat tempur menjatuhkan bom-bom di daerah tersebut. Setidaknya dua warga sipil terbunuh.

Pasukan SDF melakukan serangan balik dengan melucurkan roket ka arah pasukan Turki. Mereka berusaha menyelamatkan warga sipil dari serangan tersebut.

Pengamat Perang Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan, Turki tak hanya menyerang Ras al-Ain tetapi juga perbatasan Tal Abyad barat. SDF meminta komunitas internasional bersuara agar terjadi gencatan senja untuk menyudahi krisis kemanusiaan yang terjadi.

Erdogan mengatakan operasi itu akan menargetkan kedua militan Kurdi dan ISIS. "Misi kami adalah mencegah teroris melintas perbatsan selatan kami dan ada perdamaian di Suriah," ujarnya dikutip dari The Guardian Kamis (10/10).

Mereka juga menginginkan 'zona aman' di sisi perbatsan Suriah untuk 3,6 juta pengungsi yang menjadi korban perang saudara selama delapan tahun ini. Sementara, Presiden AS Donald Trump menegaskan negaranya tidak akan menarik pasukan dari Suriah.

Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak Erdogan untuk 'berpikir dengan hati-hati' sebelum melakukan serangan.  Sedangkan, Uni Eropa menuntut Turki menghentikan operasi militernya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement