REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Pemerintah Mesir dan Uni Emirate Arab (UEA) mengecam operasi militer yang dilakukan Turki di Suriah. Kedua negara menilai hal itu merupakan serangan terang-terangan dan tak dapat diterima terhadap kedaulatan negara tersebut.
“Mesir mengecam agresi Turki di wilayah,” kata Kementerian Luar Negeri Mesir dalam sebuah pernyataan pada Rabu (9/10). Kairo memperingatkan dampak operasi tersebut terhadap persatuan dan integritas teritorial Suriah.
Mesir pun menyerukan Liga Arab untuk segera menggelar pertemuan darurat untuk membahas operasi militer Turki di Suriah. Sementara, UEA menilai operasi yang dilakukan Turki perkembangan yang berbahaya.
Selain agresi terang-terangan terhadap kedaulatan Suriah, UEA menilai operasi militer Turki bertentangan dengan aturan hukum internasional. Oleh sebab itu, UEA mengecam aksi tersebut.
Presiden Iran Hassan Rouhani telah meminta Turki menghindari aksi militer di Suriah utara dalam rangka memerangi pasukan Kurdi. Teheran menilai langkah itu bukan pilihan yang tepat.
“Kami telah secara terbuka mengatakan bahwa satu-satunya solusi untuk memastikan keselamatan dan keamanan di Turki selatan dan Suriah utara adalah kehadiran tentara Suriah,” kata Rouhani pada Rabu.
Dia meminta Turki mengubah keputusannya. “Kami menyerukan kepada saudara dan tetangga kami yang bersahabat, Turki, untuk bertindak dengan lebih sabar dan menahan diri serta merevisi keputusannya,” ujarnya.
Kendati demikian Rouhani mengaku memahami kekhawatiran Turki atas keamanan perbatasannya. “Kami percaya jalan yang benar harus diadopsi untuk menghilangkan kekhawatiran itu. Kurdi di Suriah harus mendukung tentara Suriah,” ucapnya.
Kementerian Pertahanan Turki mengatakan personel militer Turki telah memasuki wilayah timur laut Suriah pada Rabu malam waktu setempat. Mereka memulai serangan darat terhadap pasukan Kurdi yang menguasai daerah tersebut.
Kementerian Pertahanan Turki mengungkapkan operasi militer untuk memerangi pasukan Kurdi di Suriah diberi nama “Operation Spring Peace”. Ankara mengklaim telah menginformasikan operasi tersebut kepada NATO dan PBB, termasuk Amerika Serikat (AS), Jerman, Prancis, Inggris, Rusia, dan Italia.
Turki berupaya menumpas pasukan Kurdi yang menguasai wilayah perbatasan Suriah. Mereka membidik pasukan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dan Partai Persatuan Demokratik Suriah (PYD). Ankara memandang YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
PKK adalah kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Turki telah melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris.