REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA – Pemerintah Kanada mengutuk operasi militer yang dilancarkan Turki di Suriah. Kanada menilai, tindakan itu memiliki risiko besar karena stabilitas di kawasan tersebut telah rapuh.
“Kanada dengan tegas mengutuk serangan militer Turki ke Suriah hari ini. Tindakan sepihak ini berisiko merusak stabilitas kawasan yang sudah rapuh, memperburuk situasi kemanusiaan, dan menggulung kembali kemajuan yang dicapai koalisi global melawan ISIS,” kata Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland melalui akun Twitter pribadinya pada Kamis (10/10).
Kanada menyerukan perlindungan terhadap warga sipil di Suriah. Ia pun meminta semua pihak menghormati kewajiban mereka di bawah hukum internasional, termasuk menyediakan akses tanpa hambatan untuk bantuan kemanusiaan.
Sejumlah negara Eropa turut mencemaskan operasi militer yang dilakukan Turki di Suriah. Langkah Turki dianggap dapat menciptakan ketidakstabilan baru, tidak hanya di Suriah, tapi juga di kawasan.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengaku memiliki keprihatinan serius tentang operasi militer Turki di Suriah. “Ini berisiko mengganggu kestabilan di kawasan itu, memperburuk penderitaan kemanusiaan, dan merusak kemajuan yang dilakukan terhadap ISIS yang seharusnya menjadi fokus kita bersama,” ujarnya pada Rabu (9/10).
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menilai operasi militer Turki di Suriah dapat mengancam stabilitas kawasan. Pendapat serupa diutarakan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas. Menurut Maas, selain mengancam stabilitas, operasi terebut memberi peluang bagi ISIS untuk bangkit kembali di Suriah.
Menteri Urusan Eropa Prancis Amelie de Montchalin mengatakan negaranya mengecam aksi militer Turki di Suriah. Dia mengatakan bahwa Prancis, Jerman, dan Inggris sedang mengerjakan deklarasi bersama untuk mengutuk operasi militer tersebut.
Kementerian Pertahanan Turki mengatakan personel militer Turki telah memasuki wilayah timur laut Suriah pada Rabu malam waktu setempat. Mereka memulai serangan darat terhadap pasukan Kurdi yang menguasai daerah tersebut.
Kementerian Pertahanan Turki mengungkapkan operasi militer untuk memerangi pasukan Kurdi di Suriah diberi nama “Operation Spring Peace”. Ankara mengklaim telah menginformasikan operasi tersebut kepada NATO dan PBB, termasuk Amerika Serikat (AS), Jerman, Prancis, Inggris, Rusia, dan Italia.
Turki membidik pasukan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dan Partai Persatuan Demokratik Suriah (PYD). Ankara memandang YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK). PKK adalah kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Turki telah melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris.