REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Badan pengungsi PBB UNHCR mengatakan puluhan ribu warga sipil di Suriah terpaksa mengungsi sejak Turki menggelar operasi militer pada Rabu (9/10). Menurut organisasi kemanusiaan Syrian Observatory for Human Rights, sudah lebih 60 ribu orang yang terusir rumah mereka.
Para pengungsi diikuti oleh puluhan pekerja kemanusiaan. Mereka menyeberang dari Suriah ke Turki setelah organisasi-organisasi kemanusiaan memerintahkan evakuasi demi mengantisipasi serangan Turki yang lebih luas di wilayah tersebut.
Gelombang pengungsi ini membuat para petugas imigrasi sibuk sepanjang Kamis (10/11). Para pekerja kemanusiaan mengatakan organisasi tempat mereka bekerja meminta mereka segera mengungsi. Sebagian besar dari pekerja kemanusiaan itu terpaksa melakukannya.
Organisasi kemanusiaan, pemimpin-pemimpin militer, dan petinggi organisasi internasional sudah memperingatkan ratusan ribu orang akan berada dalam bahaya dari serangan Turki. Operasi militer ini mengincar pasukan Kurdi yang berperang melawan ISIS di Suriah.
"Ratusan ribu warga sipil di Suriah utara sekarang dalam bahaya, infrastruktur sipil dan warga sipil tidak boleh menjadi target serangan," kata komisioner tinggi untuk pengungsi PBB, Filippo Grandi seperti dilansir dari The Guardian, Jumat (11/10).
UNHCR meminta semua pihak untuk mematuhi hukum humaniter internasional, termasuk memberikan akses bantuan untuk organisasi kemanusiaan. Pasukan Kurdi di Suriah yang bernama Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) memperingatkan akan 'terjadi bencana kemanusiaan'. Sekretaris Jenderal Nato Jean Stoltenberg dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker meminta Turki menghindari instabilitas baru di Suriah.
Suriah sudah menjadi salah satu negara dengan krisis kemanusian paling rumit di dunia. Jutaan orang terpaksa mengungsi baik di dalam maupun luar perbatasan. Serangan Turki mengancam krisis kemanusiaan baru.
Dalam pernyataannya, Juncker mengatakan Uni Eropa memang berkontribusi sebesar enam miliar uero untuk membantu Turki menampung 3,6 juta pengungsi Suriah. Ia menambahkan Eropa tidak akan menambah kontribusi mereka untuk 'zona aman' yang ingin Turki ciptakan.
"Saya menyerukan kepada Turki, juga semua aktor lain, untuk menahan aksi mereka dan berhenti menggelar operasi, seperti yang sedang berlangsung saat kami berbicara di sini," kata Juncker.
Juncker mengatakan ia memahami kekhawatiran Turki tentang keamanan mereka di perbatasan. "Jika Turki berencana terlibat dalam menciptakan apa yang disebut sebagai zona aman, jangan berharap Uni Eropa akan membayarnya," kata Juncker.
Dalam konferensi pers di Roma, Italia, Stoltenberg mengatakan penting bagi Turki untuk menghindari langkah yang dapat menambah destabilisasi di kawasan. "Meningkatkan ketegangan dan menyebabkan lebih banyak penderitaan manusia," kata Stoltenberg.