Sabtu 12 Oct 2019 06:03 WIB

NATO Minta Turki Tahan Diri untuk Serang Wilayah Suriah

Turki menggelar operasi militer di timur laut Suriah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Foto yang diambil dari sisi Turki di perbatasan Turki-Suriah di Akcakale, Provinsi Sanliurfa menunjukkan asap membumbung usai serangan militer Turki, Kamis (10/10).
Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis
Foto yang diambil dari sisi Turki di perbatasan Turki-Suriah di Akcakale, Provinsi Sanliurfa menunjukkan asap membumbung usai serangan militer Turki, Kamis (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sekretaris Jenderal North Atlantic Treaty Organization (NATO) Jens Stoltenberg menemui Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavuşoğlu. Pertemuan tersebut awalnya untuk membahas pertemuan pemimpin NATO di London bulan Desember mendatang. Namun pada kesempatan ini, Stoltenberg meminta Turki untuk menahan diri dalam operasi militer mereka di timur laut Suriah.

Ankara meluncurkan operasi militer pada Rabu (11/10) lalu untuk menciptakan zona aman di perbatasan dengan Suriah.

Baca Juga

"Di saat Turki memiliki kegelisahan yang sah dalam keamanan, saya berharap Turki bertindak dengan menahan diri," kata Stoltenberg, dalam siaran pers yang dirilis di situs resmi NATO, Jumat (11/10).

Stoltenberg mengatakan penting bagi Turki untuk menghindari langkah yang dapat menambah destabilisasi di kawasan. Ia meminta Turki untuk tidak meningkatkan ketegangan dan menyebabkan lebih banyak penderitaan manusia di kawasan.

"Kami memiliki musuh yang sama, ISIS, beberapa tahun yang lalu mereka menguasai wilayah yang cukup signifikan di Irak dan Suriah, berkerja bersama dalam Koalisi Global kami telah membebaskan semua wilayah dan jutaan orang, keberhasilan ini tidak boleh digoyahkan," kata Stoltenberg.

Milisi Kurdi yang bernama Pasukan Demokratik Suriah (SDF) menguasai wilayah perbatasan Suriah-Turki. Sementara Ankara menganggap SDF sebagai kelompok 'teroris' yang didukung pemberontak Kurdi di Turki.

"Turki memiliki kekuatan yang besar di kawasan besar ini, dengan kekuatan yang besar datang tanggung jawab yang besar," kata Stoltenberg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement