Sabtu 12 Oct 2019 05:37 WIB

AS: Ada Lebih dari Satu Penyebab Infeksi Paru Akibat Vape

CDC juga mengatakan telah mengeluarkan panduan terbaru untuk pasien cedera paru-paru

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Esthi Maharani
Rokok Elektrik/ Vape
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Rokok Elektrik/ Vape

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wabah penyakit paru-paru terkait dengan penggunaan vape diperkirakan memiliki penyebab lebih dari satu, menurut Badan Kesehatan AS. Pada Selasa, 1.299 kasus cedera paru-paru yang dikonfirmasi atau kemungkinan terkait dengan vaping telah dicatat di Amerika Serikat. Sekitar 80 persen pasien berusia di bawah 35 tahun, dan 26 kematian telah dikaitkan dengan penyakit tersebut.

Para penyelidik belum mengaitkan kasus ini dengan produk atau senyawa spesifik apa pun, tetapi telah menunjuk minyak vaping yang mengandung THC, bahan psikoaktif dalam ganja, karena sangat berisiko.

"Saya pikir akan ada banyak penyebab dan berpotensi lebih dari satu penyebab utama," kata Dr. Anne Schuchat dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada Jumat (11/10)

CDC juga mengatakan telah mengeluarkan panduan terbaru untuk dokter yang merawat pasien yang mungkin mengalami cedera paru-paru dan infeksi paru-paru.

Ketika wabah semakin meningkat, beberapa negara bagian, termasuk New York, Michigan dan Rhode Island, telah melarang penjualan rokok elektrik rasa tersebut. Sementara Massachusetts telah melangkah lebih jauh dengan memberlakukan larangan empat bulan pada semua produk vaping.

Perusahaan e-commerce China, Alibaba Group Holding Ltd awal pekan ini mengatakan akan menghentikan penjualan komponen e-rokok di AS, dan pengecer Kroger Co, Walgreens Boots Alliance Inc dan Walmart Inc telah menghentikan penjualan perangkat vaping.

CDC dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) terus mendesak orang-orang untuk berhenti vaping, terutama produk yang mengandung THC, komponen penginduksi tinggi dalam ganja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement