REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Helikopter menjemput warga Jepang di kediaman mereka yang terdampak Topan Hagibis, Ahad (13/10). Upaya itu masih berlangsung hingga kini.
Akibat topan tersebut, Tokyo dan sekitarnya dilanda hujan deras. Topan Hagibis mendarat di selatan Tokyo, Sabtu (12/10), dan bergerak ke utara.
Sebanyak 10 orang meninggal dunia dan 16 orang hilang. Lebih dari 100 orang juga terluka setelahnya. Di antara korban meninggal yang dilaporkan adalah mereka yang rumahnya terkubur tanah longsor dan tersapu oleh sungai. Sebelumnya, pihak berwenang memperingatkan adanya risiko tanah longsor.
Juru bicara pemerintah Yoshihide Suga mengatakan ada sekitar 27 ribu tentara dan kru penyelamat lainnya yang sedang dikirim ke Nagano dan lokasi terdampak lainnya. Dia mengatakan kerusakan perumahan akibat banjir sangat luas. Dia menegaskan pemulihan sedang berlangsung.
"Hingga kini ada sekitar 376 ribu rumah tanpa listrik dan 14 ribu rumah kekurangan air bersih," kata Suga, Ahad.
Sementara itu, politikus dan menteri urusan luar negeri, Fumio Kishida mengatakan pemerintah akan melakukan yang terbaik dalam operasi penyelamatan. Tidak terkecuali untuk memastikan korban terdampak dipindah ke tempat penampungan untuk dirawat.
Dia mengakui jaringan listrik Jepang masih perlu untuk diperkuat sehingga orang-orang di daerah bencana dapat mengandalkan informasi yang tepat waktu.
"Begitu banyak risiko, dan itu adalah peringatan bahwa kita harus tetap waspada. Kita harus melakukan yang terbaik. Di masa-masa ini, sebuah bencana bisa melanda kapan saja," kata Kishida.