REPUBLIKA.CO.ID, AKCAKALE-- Pasukan Kurdi di Suriah mengatakan pasukan pemerintah Suriah setuju untuk membantu mereka menghadapi invansi Turki. Perubahan drastis ini yang diumumkan Senin (14/10) tersebut terjadi karena Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik pasukan AS dari perbatasan timur laut Suriah.
Keputusan pemerintah Suriah itu juga dapat membuat mereka berhadapan dengan Turki. Langkah AS melepas perbatasan timur laut Suriah ke Presiden Bashar Assad dan Rusia dikhawatirkan juga akan membuat ISIS yang sudah dikalahkan tahun lalu bangkit kembali.
Pasalnya, saat pasukan Kurdi dan Turki sedang berperang. Ratusan keluarga dan pendukung ISIS melarikan diri dari kamp tahanan di Suriah pada Ahad (13/10) lalu.
Gejolak konflik di Suriah bereskalasi dengan cepat setelah pekan lalu Trump memerintahkan pasukan AS d tarik dari timur laut negara itu. Hal itu membuka jalan bagi Turki untuk menyerang pasukan Kurdi yang mereka anggap sebagai kelompok teroris. Padahal sejak 2014, pasukan Kurdi membantu pasukan AS untuk mengalahkan ISIS di Suriah.
Langkah Trump tersebut memicu amarah baik di dalam maupun luar AS. Trump dinilai telah mengkhianati sekutu AS di kawasan.
Dalam lima hari terakhir pasukan Turki dan sekutu mereka telah masuk ke kota-ktoa dan desa utara Suriah. Mereka bentrok dengan pasukan Kurdi di perbatasan sepanjang 200 kilometer.
Serangan Turki telah membuat 130 ribu warga sipil terpaksa mengungsi. Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan semua pasukan Amerika ditarik dari utara Suriah karena meningkatnya risiko terperangkap di tengah dalam baku tembak.
"Pasukan Amerika kami tampaknya akan terjebak antara dua pasukan yang terus maju dan ini situasi yang sangat tidak dapat dipertahankan," katanya dalam acara Face the Nation di stasiun televisi CBS.
Ia tidak menyebutkan berapa jumlah pasukan yang ditarik dan kemana mereka akan ditempatkan. Tapi, pasukan itu sebagian besar dari 1.000 pasukan AS yang berada di Suriah.
Bahaya yang dihadapi pasukan Amerika tergambarkan pada Jumat (11/10) ketika sejumlah pasukan AS di pos pengawasan di utara Suriah ditembaki oleh arteleri Turki. Esper mengatakan belum diketahui apakah insiden itu disengaja atau tidak.
"Sangat cerdas untuk tidak terlibat dalam pertarungan sengit di perbatasan Turki, untuk perubahan, mereka yang secara keliru membawa kami ke Perang Timur Tengah masih mendorong untuk bertempur, mereka tidak tahu seburuk apa keputusan yang telah mereka buat," kata Trump dalam cicitannya di Twitter.
Pejabat Kurdi mengumumkan mereka akan bekerja sama dengan pemerintah Suriah dalam menghadapi invasi Turki. Mereka akan bertempur secara berdampingan di perbatasan. Stasiun televisi Suriah mengatakan pasukan pemerintah bergerak ke utara untuk menghadapi invansi Turki tapi mereka tidak memberikan rinciannya.
Kurdi memiliki beberapa pilihan setelah Trump meninggalkan mereka. Salah satunya berpaling ke pemerintah Assad untuk meminta bantuan.
Kembalinya pasukan Assad ke wilayah yang dikuasai Kurdi menjadi perubahan besar dalam perang sipil di Suriah. Hal itu akan memperkuat kekuasaan Assad di negara yang porak poranda.
Stasiun televisi Suriah melaporkan banyak warga kota Hassekeh yang berada di sebelah utara Suriah, turun ke jalan merayakan pengumuman kerja sama antara pemerintah Suriah dan Kurdi. Banyak warga yang bersumpah akan mengalahkan invansi Turki.