REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan penasihat Rusia Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump Fiona Hill bersaksi atas tuduhan meminta Ukraina menyelidiki salah satu kandidat calon presiden 2020, Senin (14/10). Dia merupakan saksi terakhir dalam sidang hari itu untuk upaya pemakzulan.
Mantan direktur senior untuk Urusan Eropa dan Rusia di Dewan Keamanan Nasional Trump dipanggil untuk hadir di hadapan Komite Intelijen House of Representatives. Dia berjalan melewati para jurnalis tanpa mengatakan apa pun ketika tiba di gedung Capitol, masuk dengan kacamata hitam di atas kepalanya.
Pemecatan Marie Yovanovitch sebagai duta besar AS untuk Ukraina pada Mei dapat menggambarkan kesaksian Hill. Pada Jumat lalu, Yovanovitch bersaksi telah dipecat berdasarkan "klaim tidak berdasar dan salah" setelah diserang oleh pengacara pribadi Trump, Rudy Giuliani.
Hill pernah menganjurkan pendekatan AS di Moskow, bahkan ketika Trump lebih akomodatif terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. Badan intelijen AS telah menyimpulkan, Rusia ikut campur dalam pemilu AS 2016 dengan kampanye peretasan dan propaganda yang dimaksudkan untuk meningkatkan pencalonan Trump.
Anggota Kongres dari Partai Republik Matt Gaetz, pembela Trump, diminta untuk meninggalkan sesi tertutup sekitar satu jam dalam kesaksian Hill. Gaetz bukan anggota dari salah satu dari tiga komite House of Representatives yang melakukan penyelidikan tuduhan dan Gaetz mengatakan kepada wartawan. Anggota parlemen mengatakan dia tidak boleh datang.
Anggota parlemen pekan ini akan kembali dari reses dua pekan, dengan kesaksian dari pejabat saat ini dan mantan pejabat administrasi sudah terjadwal. Acara utama mendengar kesaksian dari Duta Besar AS untuk Uni Eropa Gordon Sondland pada Kamis (17/10).
Sosok Sondland adalah pendukung Trump dan bukan diplomat karier. Dia berpartisipasi dalam pertukaran pesan teks dengan Bill Taylor, diplomat AS di Ukraina. Demokrat mengatakan, itu mengungkapkan kekhawatiran tekanan Trump pada Ukraina untuk menyelidiki Biden tidak tepat.
Sondland diperkirakan akan ditanya mengapa dia meneruskan omongan Trump ke diplomat lain, sehingga presiden mengatakan tidak ada "quid pro quos" yang menghubungkan penyelidikan Biden dengan bantuan AS. Quid pro quo adalah istilah Latin yang berarti bantuan untuk suatu bantuan.
Komite Intelijen House of Representatives juga dijadwalkan pekan ini untuk mendengar dari Wakil Asisten Menteri Luar Negeri George Kent dan Penasihat Departemen Luar Negeri Ulrich Brechbuhl, pembantu utama untuk Menteri Luar Mike Pompeo.
Anggota parlemen juga dapat memperdebatkan apakah akan berusaha untuk memaksa kesaksian dari Giuliani. Pada Kamis, dua rekan Giuliani, yaitu Lev Parnas kelahiran Ukraina dan Igor Fruman yang lahir di Belarusia, membantunya dalam upaya menyelidiki Bidens.
Mereka didakwa melanggar undang-undang keuangan kampanye AS. Giuliani telah membela tindakannya sebagaimana layaknya sebagai pengacara Trump.
Penyelidikan berfokus pada panggilan telepon 25 Juli ketika Trump meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyelidiki mantan wakil presiden Biden dan putranya, Hunter Biden. Demokrat telah menuduh Trump menekan sekutu AS dengan menahan 391 juta dolar AS sebagai bantuan keamanan dalam memerangi separatis yang didukung Rusia di bagian timur Ukraina. Zelenskiy setuju untuk menyelidiki dan Trump akhirnya mengizinkan bantuan.
Trump membantah melakukan kesalahan. Penyelidikan dapat meminta House of Representatives untuk menyetujui pasal-pasal pemakzulan yang mengarah ke pengadilan di Senat tentang apakah akan mengeluarkan Trump dari jabatannya. Senat dipimpin oleh sesama Republikan yang telah menunjukkan sedikit kecenderungan untuk menyingkirkan Trump.