REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Vonis penjara yang diputuskan Mahkamah Agung Spanyol terhadap para pemimpin Katalan picu unjuk rasa besar-besaran. Hal itu menimbulkan ketidakpastian masa depan Katalan.
Pada Senin (14/10) lalu, Mahkamah Agung Spanyol memvonis sembilan sampai 13 tahun sembilan pemimpin Katalunya. Bandara internasional Barcelona menjadi salah titik unjuk rasa.
Ribuan orang menggelar demonstrasi di gerbang bandara. Polisi anti-huru-hara kerap menggunakan tongkat dan menembakan peluru busa untuk mencegah massa memaksa masuk.
Polisi mengatakan setidaknya ada tiga orang yang ditangkap dalam unjuk rasa tersebut. Unjuk rasa itu dipimpin oleh kelompok yang bernama Tsunami Democratic.
"Kami istirahat untuk turun ke jalan lagi besok, dan besoknya lagi," kata kelompok tersebut di Twitter, Selasa (15/10).
Mereka mengecam tindakan keras yang dilakukan polisi terhadap unjuk rasa yang mereka sebut sebagai 'mobilisasi tanpa kekerasan'. Media setempat melaporkan layanan medisi mengatakan ada 50 orang lebih yang membutuhkan perawatan medis usai bentrokan.
Kerusuhan di bandara memaksa 100 penerbangan dibatalkan dan beberapa penerbangan lainnya ditunda. Para turis harus mendorong koper mereka di sela-sela pengunjuk rasa dan polisi.
Pengunjuk rasa di Girona membakar ban di jalur kereta yang menghentikan operasi transportasi cepat antara Barcelona dan Prancis. Rel kereta dan jalanan di beberapa wilayah timur laut Spanyol juga diblokir.
Sebelumnya, Perdana Menteri Pedro Sanchez mengatakan vonis penjara para pemimpin Katalunya menjadi kekalahan gerakan kemerdekaan wilayah tersebut. Kampanye gerakan separatis itu telah memicu gejolak politik yang paling serius sejak kematian diktaktor Francisco Franco empat dekade yang lalu.
Salah sumber mengatakan tampaknya situasi di Spanyol masih belum menentu setidaknya sampai akhir pekan. Kekuatan pengunjuk rasa akan menjadi indikator masa depan perjuangan kemerdekaan Katalunya yang sejauh ini berlangsung damai.
Vonis Mahkamah Agung tidak menjawab pertanyaan bagaimana pemerintah Spanyol mengatasi separatisme yang didukung lebih dari setengah dari populasi Katalonia. Pemerintah Spanyol mendakwa 12 orang politisi dan aktivis Katalan tapi hanya sembilan orang yang divonis penjara.
"Hari ini kami semua dinyatakan bersalah, tidak hanya 12 orang," kata Presiden Parlemen Katalan Roger Torrent.
Klub sepakbola Barcelona merilis pernyataan di Twitter. Mereka mengatakan vonis penjara itu bukan jawaban. Begitu pula dengan mantan pelatih klub tersebut yang kini melatih Manchester City, Pep Guardiola.
Guardiola seorang tokoh Katalonia yang kerap menunjukkan posisi politiknya. Dalam sebuah video ia mengatakan 'vonis itu menyerang hak asasi manusia secara langsung' dan ia juga mendesak 'solusi politik dan demokrasi'.