Kamis 17 Oct 2019 06:06 WIB

Kecam Invasi Militer Turki di Suriah, Uni Eropa Gagal Sepakati Embargo Senjata

Para menteri luar negeri Uni Eropa mengecam intervensi militer Turki di Suriah.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/dpa/XinHua
picture-alliance/dpa/XinHua

"Uni Eropa mengutuk aksi militer Turki, yang secara serius merusak stabilitas dan keamanan seluruh wilayah, yang mengakibatkan lebih banyak warga sipil menderita dan pengusian lebih besar serta sangat menghalangi akses ke bantuan kemanusiaan," kata para menteri luar negeri Uni Eropa dalam sebuah pernyataan bersama yang dirilis hari Senin (14/10).

"UE mengingatkan keputusan yang telah diambil oleh beberapa negara anggota untuk segera menghentikan lisensi ekspor senjata ke Turki," demikian ditambahkan dalam pernyataan itu, yang setelah pertemuan para menteri luar negeri di Luksemburg.

Selanjutnya wakil-wakil anggota Uni Eropa akan melakukan pertemuan lanjutan akhir minggu ini untuk "mengkoordinasi dan meninjau" posisi mereka. Uni Eropa juga menyerukan kepada Koalisi Internasional Melawan ISIS "untuk membahas bagaimana mencapai target dalam konteks saat ini."

'Kehancuran kemanusiaan yang serius'

Militer Turki mulai melancarkan serangan terhadap posisi milisi Kurdi di timur laut Suriah pekan lalu, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penarikan pasukan AS yang ditempatkan di sana.

Para kritikus sebelumnya memperingatkan bahwa langkah itu akan mengganggu stabilitas yang rapuh kawasan itu, merugikan dan menggusur ribuan warga sipil dan membuka jalan bagi ISIS untuk kembali membangun kekuatan.

"Serangan ini akan menyebabkan kehancuran kemanusiaan yang serius," kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian menjelang pembicaraan hari Senin di Luksemburg. "Prancis mengharapkan adanya tuntutan khusus untuk mengakhiri ofensif ini serta posisi tegas soal ekspor senjata ke Turki," tambahnya.

Menteri Luar Negeri Luksemburg Jean Asselborn menerangkan, situasi saat ini dapat memaksa sekutu anggota NATO untuk ikut membahasnya. "Pasal lima pakta NATO menyatakan bahwa semua negara lain harus membantu membela suatu negara jika diserang," kata Asselborn, menggambarkan situasi saat ini sebagai kondisi "luar biasa."

Kemungkinan sanksi?

Jerman dan Prancis, bersama dengan Swedia, Finlandia dan Belanda, telah menghentikan secara sepihak ekspor senjata ke Turki. Namun Turki mengatakan langkah itu hanya akan berdampak kecil.

Swedia mencoba mengusulkan embargo luas dari Uni Eropa terhadap Turki dalam konsultasi hari Senin, namun usulan itu tidak disepakati dengan suara bulat.

Jerman menyatakan dialog dengan Turki masih perlu, namun harus dipertimbangkan juga langkah-langkah selanjutnya jika hal itu gagal.

"Adalah penting bahwa kita tetap berdialog dengan Turki," kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas. "Jika ini tidak berhasil, kita harus siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut."

hp/vlz (dpa, afp, rtr)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement