Rabu 16 Oct 2019 00:12 WIB

Ada Keretakan di Pesawat, 30 Boeing 737NG Dilarang Terbang

Boeing menyelidiki penyebab adanya keretakan di pesawatnya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Pekerja merakit Boeing 737 MAX 8 di fasilitas perakitan pesawat di Washington, Amerika Serikat.
Foto: AP Photo/Ted S. Warren
Pekerja merakit Boeing 737 MAX 8 di fasilitas perakitan pesawat di Washington, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lebih dari 30 pesawat Boeing 737 Next Generation (NG) yang tersebar di berbagai negara telah dilarang terbang. Hal itu menyusul ditemukannya retakan pada bagian struktural pesawat dalam inspeksi yang dilakukan Otoritas Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA). 

Boeing mengatakan, maskapai yang menggunakan pesawatnya telah menyelesaikan 810 inspeksi sejauh ini. Terdapat 38 kasus yang membutuhkan perbaikan dan pergantian suku cadang pada bagian terdampak. 

Baca Juga

"Tim teknis kami sedang bekerja untuk menentukan rencana perbaikan paling efisien bagi pelanggan yang menjamin keselamatan, kualitas, dan integritas pesawat. Kami sedang menyelidiki penyebab utama masalah ini," kata Boeing dalam sebuah pernyataan, dikutip laman the Washington Post. 

Pesawat-pesawat yang bagian strukturalnya mengalami retakan dilarang terbang. Boeing menyatakan keselamatan dan kualitas menjadi prioritas utamanya. 

Oleh sebab itu, mereka meminta maaf kepada semua perusahaan dan pelanggan atas masalah tersebut. "Boeing menyesalkan dampak masalah ini pada pelanggan (pesawat) 737NG kami di seluruh dunia," kata Boeing. 

Bulan lalu, Boeing telah memberitahu FAA bahwa mereka menemukan adanya retakan komponen struktural pada pesawat 737 NG. Retakan itu terletak di bagian yang merekatkan badan dan sayap pesawat. 

Retakan itu dapat mempengaruhi integritas struktural pesawat dan mengakibatkan pesawat kehilangan kontrol. Boeing 737 NG adalah pesawat jenis 737 generasi ketiga dan versi sebelum 737 MAX yang kini dilarang mengudara akibat dua kecelakaan di Indonesia serta Ethiopia dalam kurun waktu lima bulan. 

Pekan lalu, FAA meminta operator pesawat AS untuk memeriksa 165 pesawat 737NG yang lebih tua. Sejumlah pesawat di AS telah dilarang terbang selagi Boeing mengembangkan instruksi bagi para pelanggannya untuk memperbaiki atau mengganti bagian-bagian yang terpengaruh. 

FAA mengatakan pihaknya bersama Boeing dan regulator keselamatan penerbangan internasional sedang bekerja sama untuk lebih memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya retakan pada 737NG. Pada Rabu pekan lalu, Southwest Airlines dan Gol Linhas Aereas Brasil memutuskan mengandangkan setidaknya 13 pesawat 737NG. Langkah itu diambil setelah FAA memerintahkan inspeksi segera.

Southwest Airlines mengaku tak menemukan adanya kelainan atau keretakan pada 737NG miliknya. Namun, pesawat-pesawat itu tetap tak dioperasikan hingga masalah tersebut sepenuhnya diselesaikan. 

"Kami tidak memiliki batas waktu kapan pesawat akan kembali beroperasi. Kami bekerja sama dengan Boeing untuk menjadwalkan perbaikan mendatang," ujar juru bicara Southwest Airlines Brandy King. 

American Airlines dan United Airlines juga mengaku belum menemukan adanya unsur keretakan pada badan pesawat 737NG. American Airlines telah memeriksa empat 737NG dan tidak menemukan masalah. 

Juru bicara American Airlines Ross Feinstein mengungkapkan, sementara ini perusahaannya tidak memiliki pesawat yang memerlukan inspeksi segera. Sementara United Airlines mengatakan pesawat 737NG miliknya akan diperiksa dalam jangka waktu yang ditentukan. 

Saat ini pesawat 737 MAX-8 milik Boeing telah dilarang terbang. Hal itu menyusul kecelakaan yang dialami Lion Air dan Ethiopian Airlines. 

737 MAX-8 milik Lion Air jatuh ke laut pada Oktober 2018. Kecelakaan itu terjadi tak lama setelah pesawat lepas landas. Sebanyak 189 orang tewas dalam insiden tersebut. 

Kemudian 10 Maret lalu, pesawat jenis serupa milik Ethiopian Airlines mengalami nasib serupa. Pesawat nahas itu jatuh tak lama setelah lepas landas dan menyebabkan 157 orang tewas. 

Boeing telah mengumumkan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan FAA untuk memperbarui perangkat lunak terkait dengan sistem manuvering characteristic augmentation system (MCAS). Hal itu diduga menjadi penyebab jatuhnya pesawat 737 MAX-8. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement