REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengisyaratkan cengkeraman kekuatan Moskow di Timur Tengah dalam kunjungan pertamanya ke Arab Saudi dalam satu dekade pada Senin (14/10). Pertemuan yang terjadi didukung oleh keuntungan militer Rusia di Suriah, hubungan kuat dengan saingan regional Riyadh, dan kerja sama energi.
Bendera Rusia dan Saudi berbaris di jalan utama Riyadh menjelang kunjungan satu hari Putin, yang mencakup pertunjukan malam, Tchaikovsky. Dia melakukan perjalanan ke Uni Emirat Arab pada hari Selasa (15/10).
Dalam kunjungan ke Saudi, Presiden Rusia bertemu Raja Salman dan penguasa de facto Saudi Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman (MBS). Putin mengatakan, dia memiliki hubungan persahabatan.
“Saya memiliki hubungan yang sangat baik dengan Raja dan Putra Mahkota. Kami telah membuat kemajuan yang baik secara praktis dalam semua bidang," ujar Putin, dikutip dari Arab News.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin dan Raja Salman mengatakan, hubungan bilateral penting bagi keamanan dan stabilitas regional. Setelah diskusi tentang investasi bersama serta konflik di Suriah dan Yaman, MBS mengatakan, kerja sama Arab Saudi-Rusia dalam energi akan mencapai stabilitas.
Pada forum yang dihadiri 300 CEO Saudi dan Rusia, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan, para produsen menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap kesepakatan kedua negara.
Menurut Putin, Rusia sudah merealisasikan investasi 2 miliar dolar AS dari rencana 10 miliar dolar AS di Saudi. Kedua belah pihak menandatangani belasan nota kesepahaman selama kunjungan, termasuk di bidang energi, petrokimia, transportasi, dan kecerdasan buatan.
Moskow, pengekspor gandum terbesar di dunia, membuat beberapa kemajuan dalam mengakses pasar-pasar Saudi dan Timur Tengah. Kerajaan dan Rusia sepakat pada Agustus untuk melonggarkan spesifikasi impor gandum, membuka pintu bagi impor dari Laut Hitam.
Menjelang kunjungan itu, Putin menawarkan untuk menyediakan sistem pertahanan Rusia ke Kerajaan Saudi setelah serangan 14 September terhadap fasilitas minyak Aramco. Dia mengatakan, Rusia juga bisa memainkan peran positif dalam mengurangi ketegangan dengan Teheran yang memberikan hubungan baik dengan kedua belah pihak.
Rencana Saudi yang telah lama mempertimbangkan untuk membeli sistem rudal darat-ke-udara S-400 Rusia akan menimbulkan keresahan di Washington. Amerika Serikat (AS) pun telah mengirimkan 3.000 tentara dan sistem pertahanan udara tambahan ke Arab Saudi.
Presiden AS Donald Trump telah menolak tekanan untuk memberi sanksi kepada Riyadh atas pelanggaran HAM, termasuk pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Dia menyebut langkah bodoh untuk melakukan itu karena akan menguntungkan pesaingnya, yaitu Rusia dan Cina.
Namun, Menteri Negara Urusan Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir tidak melihat kontradiksi atas kerja sama dengan Moskow. "Kami tidak percaya bahwa hubungan dekat dengan Rusia memiliki dampak negatif pada hubungan kami dengan Amerika Serikat," katanya.
Langkah-langkah pendekatan ini membuat kekuatan Rusia di Timur Tengah makin kuat. Moskow mulai menambah kekuatan di Timur Tengah pada 2015 dengan mengirimkan pasukan ke Suriah, sementara AS justru menarik diri. Rusia menjadi pendukung utama Presiden Bashar al-Assad di tengah perang saudara, sementara Arab Saudi berpihak pada pemberontak Suriah.
Rusia juga telah memperkuat hubungan dengan Muslim Suni Arab Saudi dan Iran Syiah. Masalah kedua pihak ini baru-baru ini memburuk dengan penyerangan terhadap fasilitas minyak milik Saudi yang diduga dilakukan oleh Iran. n dwina agustin/reuters, ed: yeyen rostiyani