Rabu 16 Oct 2019 10:01 WIB

Jepang Gunakan Dana Tambahan untuk Pemulihan Bencana

Jepang menghadapi kerusakan luas akibat terjangan Topan Hagibis.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe saat berbicara di forum G20, Sabtu (29/6).
Foto: AP Photo/Alexander Zemlianichenko
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe saat berbicara di forum G20, Sabtu (29/6).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang akan menyatukan anggaran tambahan untuk menutupi biaya besar dalam upaya pemulihan pascabencana Topan Hagibis. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang bertemu dengan satuan tugas penanggulangan bencana menegaskan pentingnya memastikan dana yang cukup untuk membangun kembali fasilitas yang rusak.

Abe mengusulkan menggunakan dana cadangan anggaran nasional sebesar 4,5 miliar dolar AS untuk pemulihan daerah-daerah terdampak banjir dan tanah longsor. "Kami akan mengindikasikan anggaran tambahan yang mungkin diperlukan," ujar Abe dilansir NHK, Rabu (16/10).

Baca Juga

Mayoritas pejabat pemerintah mengatakan, dana cadangan tidak akan cukup untuk menutupi kerusakan yang sangat meluas di daerah terdampak topan. Anggaran tambahan akan mencakup langkah-langkah lain untuk mendukung ekonomi dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan global dan kenaikan pajak konsumsi di Jepang. Anggaran tambahan akan disusun pada akhir tahun dan diajukan pada awal sesi reguler tahun depan.

Hingga kini, pihak berwenang mencatat 74 korban meninggal dunia akibat bencana alam yang mulai terjadi pada Sabtu pekan lalu. Sebanyak 12 orang masih dinyatakan hilang dan 220 orang terluka.

photo
Stadion Baseball di kota Kawasaki, Jepang terendam air setelah Topan Hagibis menghantam kota tersebut, Ahad (13/10).

Warga di prefektur Fukushima yang paling banyak korbannya sedang sibuk membuang perabotan yang rusak karena banjir. Banyak lansia yang tetap berada di pusat penampungan.

Di kota Date tidak jauh dari lolasi bencana nuklir 2011, petani Masao Hirayama menumpuk buku-buku yang sudah lembab akibat terendam banjir di jalan depan rumahnya sehingga menambah tumpukan sampah dari lingungan di sekitarnya.

Dia mengatakan air banjir masuk ke rumahnya sekitar dua meter. Putra dan cucunya dibawa menggunakan perahu ke pusat penampungan saat air meninggi.

"Saya merasa sedih. Banjir menyapu semua rumah hijau (green house) dan peralatan pertanian, yang tersisa hanyalah tanah," kata Hirayama (70 tahun).

Hirayama mengatakan dia telah membangun kembali rumahnya pada 1989 dengan menaikkan permukaan tanah setelah banjir pada 1986. Keluarganya berencana tinggal di lantai dua sampai dia dapat melakukan perbaikan, yang menurutnya dapat memakan waktu tiga bulan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement