REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Buruknya kualitas udara telah menyebabkan sekitar 400 ribu kematian dini di Eropa pada 2016. Hal itu diungkap European Environment Agency (EEA) dalam laporan yang dirilisnya pada Rabu (16/10).
Laporan itu ditulis pakar kualitas udara EEA Alberto Gonzalez Ortiz. “Polusi udara saat ini merupakan risiko lingkungan yang paling penting bagi kesehatan manusia,” kata EEA dalam laporannya.
Menurut Ortiz, tingkat partikel berbahaya di kota-kota Eropa memang menurun. Namun, hal itu tak berlangsung dalam jangka waktu yang cepat. “Kita belum mencapai standar Uni Eropa dan tentu saja kita masih jauh dari standar WHO (Organisasi Kesehatan Dunia),” ujarnya.
Dia menilai, pengurangan jumlah mobil adalah faktor penting dalam menangani polusi udara di kota-kota di Eropa. “Ketika kita memerangi polusi, kita juga memerangi perubahan iklim serta kebisingan dan mempromosikan perilaku yang lebih sehat,” ucap Ortiz.
Undang-undang Uni Eropa saat ini mewajibkan negara-negara anggota untuk menilai berbagai polutan, termasuk ozon dan partikel, di daerah perkotaannya masing-masing. Mereka diminta mengambil tindakan jika batas yang telah ditetapkan terlampaui.
Polusi partikel di kota-kota Eropa telah menjadi target pembatasan yang lebih ketat. Hal itu terjadi sejak pengadilan tinggi Uni Eropa memutuskan pada Juni lalu bahwa kota-kota di sana perlu bertindak jika tingkat polusi terlampaui dalam satu titik hitam daripada didasarkan pada rata-rata di seluruh kawasan.
Pada Juli lalu, Komisi Eropa meminta Pengadilan Kehakiman Uni Eropa menindak Spanyol dan Bulgaria atas masalah pencemaran udara. Kedua negara itu dianggap gagal melindungi warganya dari polusi udara.