REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Kelompok HAM Amnesti Internasional mendesak otoritas Hong Kong untuk segera menyelidiki serangan berdarah terhadap pimpinan salah satu kelompok pro-demokrasi terbesar di Hong Kong yang diperintahkan China menjelang aksi protes lanjutan akhir pekan.
Itu merupakan serangan kedua terhadap Jimmy Sham, ketua Front HAM Sipil, sejak aksi protes meningkat di pusat bisnis Asia pada pertengahan Juni. Foto yang beredar di media sosial memperlihatkan dirinya tersungkur dengan berlumuran darah.
"Pihak berwenang harus segera melakukan investigasi serangan mengerikan ini...mengirim sebuah pesan bahwa menargetkan aktivis memilik konsekuensi," kata Joshua Rosenzweig, kepala kantor Amnesti kawasan Asia Timur.
"Kurang dari itu akan mengirim pesan bahwa serangan semacam itu ditoleransi oleh pihak berwenang," kata Rosenzweig dalam satu pernyataan, Rabu.
Lima orang bertopeng yang mengenakan baju hitam dan diyakini bukan berasal dari China menyerang Sham dengan palu dan pisau lebih dari 10 detik di distrik Mong Kong di semenanjung Kowloon, ungkap polisi pada Rabu. Polisi mengecam apa yang disebutnya serangan berencana dan berjanji akan menyelidiki itu. Sham dalam kondisi stabil menurut juru bicara pemerintah.
Kelompoknya, yang menggelar aksi protes pada Juni, berencana turun ke jalan pada Ahad di distrik tetangga Kowloon, namun pihak berwenang belum mengkonfirmasi apakah aksi tersebut diizinkan.
"Tidak sulit untuk menghubungkan kejadian ini dengan teror politik yang mengancam dan menghambat pengamalan hak dasar dan hukum yang sah," kata kelompok itu dalam satu pernyataan kepada Reuters.