REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Kementerian Pertahanan Nasional Turki mengklaim sebanyak 673 anggota People's Protection Units (YPG)/Kurdistan Workers' Party (PKK) telah dinetralisasi sejak peluncuran Operation Peace Spring sejak 9 Oktober hingga Kamis (17/10). Turki memilih menggunakan netralisasi teroris sebagai alasan operasi militernya di Suriah.
Dilansir Anadolu Agency, pihak Turki memang kerap menggunakan kata "dinetralkan" untuk menyiratkan anggota Kurdi yang dimaksud menyerah atau dibunuh ataupun ditangkap. Sejak pekan lalu 9 Oktober 2019, Turki membombardir kota-kota di timur laut Suriah. Dalam operasi militer itu, Ankara memiliki tujuan menumpas pasukan Kurdi yang menguasai wilayah perbatasan antara Suriah dan Turki.
Asap mengepul di kejauhan akibat roket yang ditembakkan Turki ke arah Ras al-Ayn, Suriah, Selasa, (15/10)
Turki mengklaim salah satu anggota SDF, YPG sebagai perpanjangan dari PKK yang merupakan kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Ankara telah melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengklaim serangan ofensif dilakukan untuk menggerus kekuatan Kurdi di perbatasan Turki dan Suriah serta menciptakan zona aman sepanjang 30 kilometer ke dalam Suriah. Dengan zona aman tersebut, Turki menyatakan jutaan pengungsi Suriah akan dapat kembali pulang ke negara mereka.