REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki mengimplementasikan gencatan senjata yang disepakati dua hari yang lalu. Utara Suriah mulai tenang setelah Presiden Turki Tayyep Erdogan sepakat untuk membiarkan pasukan Kurdi mundur dari perbatasan.
Kantor berita Reuters melaporkan sejak Jumat (18/10) pagi suara ledakan di kota Ras al Ain di perbatasan Suriah sudah mulai mereda. Pada Sabtu (19/10) pagi hanya terlihat beberapa kendaraan militer Turki yang menyeberangi perbatasan.
Erdogan sepakat untuk melakukan gencatan senjata setelah berbicara dengan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence pada Kamis (17/10) lalu. Invansi Turki ke utara Suriah telah mengakibatkan 200 ribu orang mengungsi.
Serangan Turki juga membuat ribuan pendukung ISIS melarikan diri dari penjagaan pasukan Kurdi YPG. Kementerian Pertahanan Turki selama 36 jam terakhir menyatakan ada 14 'serangan provokatif' dari Suriah.
Namun Kementerian Pertahanan Turki mengatakan, akan tetap berkoordinasi dengan AS agar gencatan senjata diimplementasi. Gencatan senjata yang dijadwalkan berlangsung selama lima hari akan memberikan kesempatan Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi untuk menarik diri dari 'zona aman' Turki.
Turki sudah berjanji akan memperluas zona aman sampai 30 kilometer masuk ke dalam Suriah. Ankara menilai YPG komponen utama SDF sebagai kelompok teroris karena memiliki koneksi dengan pemberontak Kurdi yang beroperasi di selatan Turki.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar menghubungi Menteri Pertahanan AS Mark Esper pada Jumat malam. Akar ingin memastikan pasukan YPG menarik diri dari zona aman Turki dalam 120 jam sejak gencatan senjata disepakati.
Pada Jumat lalu, Erdogan mengatakan zona aman akan seluas 440 kilometer dari barat sampai timur perbatasan. Walaupun utusan khusus AS untuk Suriah mengatakan perjanjiannya meliputi area yang lebih kecil di lokasi pasukan Turki dan Kurdi berperang.