REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Polisi Barcelona, Spanyol mengerahkan peralatan khusus untuk membubarkan pengunjuk rasa yang melakukan kekerasan. Petugas keamanan menggunakan peluru karet ketika demonstrasi semakin membahayakan.
Demonstran menyulut api di jalan. Pemrotes mulai mendirikan barikade yang terbuat dari papan, kantong sampah, bahkan pohon-pohon dekoratif di jalan-jalan dekat gedung Polisi Nasional Katalunya sejak Sabtu (19/10) malam. Mereka pun mulai membakar benda-benda tersebut dan dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran yang tiba.
Namun, tidak lama sebelum tengah malam waktu setempat, pengunjuk rasa mulai agresif menyerang pemadam kebakaran. Mereka mencegah petugas memadamkan api.
Saat itu, para polisi mulai menembakkan peluru karet untuk menekan aktivis radikal yang menghalangi kerja petugas kebakaran. Setelah kerumunan bergerak menjauh, petugas pemadam kebakaran dapat memadamkan api yang sedang menyala di tengah jalan.
Sejak Senin, gerakan pro-kemerdekan Katalunya semakin membuat masyarakat resah. Demonstrasi dilakukan saat putusan Mahkamah Agung Spanyol menghukum sembilan politisi Katalan yang terlibat dalam pengorganisasian referendum kemerdekaan pada 2017. Mereka mendapatkan hukuman 9 hingga 13 tahun penjara atas tuduhan penghasutan dan tiga lainnya mendapatkan denda karena ketidakpatuhan.
Setelah itu, demonstrasi dilakukan di Barcelona dan segera tumbuh menjadi keresahan publik dan kerusuhan kekerasan sejak Jumat. Para pengunjuk rasa memblokir jalan dengan barikade, membakar barikade, merobek rambu-rambu jalan, memecahkan jendela toko-toko terdekat, dan akhirnya bentrok dengan penegak hukum di dekat gedung Polisi Nasional.
Demonstran mulai melemparkan batu bata, botol, dan benda-benda lainnya ke polisi dan membakar kotak-kotak karton. Polisi harus menembakkan peluru karet dan gas air mata untuk membatasi, serta menggunakan meriam air untuk melawan api.
Setidaknya 182 orang mengalami cedera selama kerusuhan. Penegak hukum Katalan menahan lebih dari 80 orang yang mendapatkan luka-luka.
Pada hari yang sama, Pemerintah Spanyol pun telah melayangkan penolakan panggilan dari ketua regional pro-kemerdekaan Katalunya. Pembicaraan akan merujuk pada mengenai gelombang kekerasan yang dipicu oleh pemenjaraan para pemimpin separatis.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengutuk kerusuhan separatis yang mengguncang Barcelona. "Torra harus mengutuk keras kekerasan, yang belum dia lakukan sejauh ini," katanya merujuk pada Quim Torra yang meminta pemerintah pusat untuk mengadakan pembicaraan mencoba mencari jalan keluar dari krisis.
Awal pekan ini Torra mengatakan, Katalunya harus mengadakan pemungutan suara baru tentang penentuan nasib sendiri dalam waktu dua tahun. Pada Sabtu, dia mengatakan kehendak rakyat akan dihormati "Kami akan pergi sejauh orang-orang Katalunya ingin pergi".
Kemerdekaan adalah masalah yang sangat besar di wilayah Katalunya, daerah terkaya Spanyol dengan memiliki sekitar 7,5 juta penduduk, bahasa, parlemen, dan benderanya sendiri. Sebuah jajak pendapat pada Juli menunjukkan dukungan untuk pemisahan diri pada level terendah dalam dua tahun terakhir dengan hasil 48,3 persen orang menentang pemisahan dengan Spanyol dan 44 persen yang mendukung. Partai-partai utama Spanyol secara konsisten menolak mengadakan referendum kemerdekaan di wilayah tersebut.