Senin 21 Oct 2019 01:00 WIB

Israel Gabung Konferensi Keamanan Maritim Bahrain

Israel sedang berupaya membangun relasi yang lebih erat dengan negara-negara Arab.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Bendera Israel dikibarkan warga.
Foto: Reuters
Bendera Israel dikibarkan warga.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel dilaporkan akan mengirim delegasi ke konferensi keamanan maritim yang dijadwalkan digelar di Bahrain pada Ahad (20/10). Konferensi itu fokus membahas tentang ancaman Iran terhadap keamanan angkatan laut di Teluk Persia.

Menurut laporan stasiun televisi Israel Channel 13, seperti dikutip Jerusalem Post, konferensi tersebut akan turut dihadiri delegasi dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, dan Oman. Konferensi itu merupakan tindak lanjut dari konferensi yang diprakarsai Amerika Serikat (AS) di Warsawa, Polandia, pada Februari lalu.

Baca Juga

Saat itu sebanyak 65 negara, termasuk Israel, menghadiri konferensi yang fokus membahas tentang ancaman Iran. Belum ada keterangan dari Pemerintah Israel mengenai siapa yang akan memimpin delegasi ke konferensi Bahrain.

Kementerian Luar Negeri Israel hanya menyatakan mereka berpartisipasi dalam konferensi Warsawa. Tak ada komentar lain yang dirilis sehubungan dengan penyelenggaraan konferensi Bahrain.

Dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah berpartisipasi dalam sejumlah konferensi internasional di Teluk Persia, termasuk konferensi tentang lingkungan di UEA pada Juli lau dan konferensi transportasi di Oman pada November 2018.

Saat ini, Israel memang sedang berupaya membangun relasi yang lebih erat dengan negara-negara Arab. Pada Juni lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Teluk. Dia mengklaim bahwa Israel tak lagi dianggap sebagai musuh di kawasan.

"Mereka (negara-negara Teluk) tidak melihat Israel sebagai musuh mereka, tapi sekutu mereka yang sangat diperlukan dalam menghadapi agresi Iran, dan bahkan saya akan mengatakan lebih dari itu, untuk bergabung mencapai kemajuan teknologi di negara masing-masing," kata Netanyahu saat berbicara dengan CEO Komite Yahudi Amerika David Harris, dilaporkan The Times of Israel.

Dalam perbincangan itu, Netanyahu juga membandingkan normalisasi hubungan antara negara-negara Teluk dan Israel dengan yang dilakukan Palestina. "Dalam banyak hal, negara-negara Arab telah bergerak lebih cepat daripada Palestina. Palestina berusaha mencegah proses normalisasi ini yang pada akhirnya dapat mengarah pada perdamaian formal," ujar Netanyahu.

Israel diketahui hanya memiliki hubungan diplomatik dengan dua negara Arab, yakni Yordania dan Mesir. Namun beberapa negara Teluk, seperti Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Oman, telah meningkatkan intensitas hubungannya dengan Tel Aviv dalam beberapa bulan terakhir.

Meskipun belum ada deklarasi perihal dibukanya hubungan diplomatik resmi, kedekatan antara beberapa negara Arab dengan Israel cukup dicemaskan Palestina. Hal itu dikhawatirkan akan kian menyusutkan perjuangan Palestina untuk mendirikan negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement