REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Kanada menggelar pemungutan suara, Senin (21/10) waktu setempat. Partai Liberal pimpinan Perdana Menteri Justin Trudeau diprediksi akan kembali berkuasa.
Dilansir di Canadian Broadcasting Corporation (CBC), Partai Liberal memperoleh 156 suara, Partai Konservatif 121 suara, Partai Bloc Quebecois 32 suara, Partai New Demokrat 25 suara, dan Partai Green tiga suara. Penghitungan suara ini merupakan hasil sementara.
Trudeau (47 tahun) memberikan hasil menakjubkan tanpa diduga meski sempat dilemahkan oleh serangkaian skandal yang menodai citranya sebagai ikon kuat partai liberal. Partai Liberal Trudeau diproyeksikan memenangkan kursi terbanyak di Parlemen dengan 338 kursi sehingga berpotensi membentuk kembali pemerintahan berikutnya.
Meski begitu, CBC mengatakan Liberal akan menjadi pemerintah minoritas yang terpaksa mengandalkan partai oposisi untuk tetap berkuasa. "Itu tidak sama dengan 2015. Itu tidak memungkinkan untuk pemimpin," kata seorang profesor sejarah Kanada dan hubungan internasional di University of Toronto, Robert Bothwell.
"Trudeau adalah perdana menteri karena sisa partai mampu menyatukan dan menang. Sementara Trudeau tentu saja layak mendapat pujian atas apa yang telah terjadi, dia benar-benar harus menunjukkan kualitas yang belum ditunjukkannya," Bothwell menambahkan.
Pemungutan suara Kanada pada dasarnya merupakan persaingan kuat antara pemimpin kharismatik Trudeau dengan pemimpin konservatif Andrew Sheer yang dipandang sebagai lawan berat Trudeau. Trudeau memang menegaskan kembali liberalisme pada 2015 setelah hampir 10 tahun pemerintahan Partai Konservatif di Kanada berkuasa. Namun, skandal riasan wajah hitam di masa lalunya yang dikombinasikan dengan harapan tinggi merusak prospeknya.
Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama kemudian membuat dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Obama mendesak warga Kanada memilih kembali Trudeau dan mengatakan dunia membutuhkan kepemimpinan progresifnya saat ini.
Trudeau merupakan putra dari sosok pemimpin partai liberal dan mendiang perdana menteri Pierre Trudeau. Dia adalah salah satu dari sedikit pemimpin dunia progresif yang tersisa di era Trump dan bahkan muncul di sampul majalah Rolling Stone dengan judul "Mengapa Dia tidak Bisa Menjadi Presiden Kita?".
Scheer (40 tahun) adalah seorang politikus yang dipandang sebagai lawan berat Trudeau. Bothwell mengatakan dia mengharapkan Scheer mengundurkan diri.
"Sebaiknya pergi saja. Dia menjalankan kampanye yang sangat kotor. Tidak ada yang bisa dibanggakan darinya. Dia memiliki kesempatan, tapi gagal," kata dia.
Sekitar 27 juta pemilih Kanada akan memilih parlemen baru di negara terbesar kedua dunia dilihat dari luas wilayahnya. Salah satu pemilih asal Quebec memilih pada Senin malam waktu setempat. Ia mengaku memilih Partai Liberal dengan alasan mereka sudah melakukan banyak hal untuk Kanada.
"Mereka akan membuat Kanada maju seperti yang saya inginkan, untuk mengubah visi yang dirancang pemimpinnya agar menjadi kenyataan," ujar warga Quebec yang meminta anonimitas kepada Republika.co.id melalui telepon, Selasa (22/10). Dia juga berharap partai yang dipilihnya dapat menjadikan Kanada lebih toleran, progresif serta ekonomis.