Ratusan penumpang telah mengeluhkan bahwa mereka tidak nyaman dengan para calo yang dengan agresif mencari penumpang di Bandara Tullamarine di Melbourne (Australia). Namun seorang pengendara mengatakan dia harus melakukan hal tersebut, karena itu satu--satunya cara agar dia bisa mendapat penumpang.
Pihak pengelola bandara terbesar di negara bagian Victoria ini mendesak agar penumpang menghindari para calo tersebut, dengan semakin banyak keluhan para calo tersebut bertindak 'agresif' dan 'berperilaku mengancam.' Pihak bandara sudah mengusulkan penerapan aturan dimana praktek percaloan akan menjadi tindak kriminal, dan RUU itu sedang diajukan ke parlemen Victoria.
Namun pengemudi taksi mengatakan mereka tidak memiliki pilihan lain. Salah seorang pengemudi itu Khan Nassar mengatakan mereka hanya berusaha mendapatkan penghasilan tambahan.
Meski Nasser adalah pengemudi taksi resmi dan boleh mengambil penumpang dari tempat yang sudah resmi disediakan, namun mendekati penumpang di dalam terminal kedatangan di bandara adalah melanggar aturan.
Dia mengatakan sekarang itu satu-satunya opsi yang tersedia baginya. "Uber menghancurkan industri pertaksian, dan kami tidak punya pilihan lain. Itulah sebabnya kami berperilaku seperti calo." katanya.
Khan Nasser sudah menjadi pengemudi taksi selama tiga tahun, dan mulai menjadi calo juga beberapa bulan lalu. "Kami tidak punya kerjaan, itulah sebabnya." katanya.
"Ada antrean panjang untuk mendapatkan penumpang di bandara, dan kemudian dapat penumpang ke Mickleham yang cuma 10 dolar AS atau 15 dolar AS (Rp 100 sampai Rp 150 ribu)."
"Kadang sudah kerja selama 10 jam, cuma dapat 100 dolar AS (sekitar Rp 1 juta). Bagaimana saya bisa menghidupi keluarga."
Intimidasi dan ancaman
Salah seorang pengelola Bandara Tullamarine, Lorie Argus mengatakan calo taksi sudah menjadi masalah besar. Dalam masa 30 menit saja, pengelola bandara melihat adanya 50 kali pengemudi menawarkan jasa kepada penumpang di terminal kedatangan.
"Kami menerima ratusan laporan." kata Argus. "Keprihatinan utama kami adalah penumpang yang mengatakan mereka dicacimaki, mereka didesak, bahkan ada yang dilecehkan terutama perempuan."
Menurut Argus, pihak bandara berusaha keras menghilangkan praktek tersebut, namun mengatakan tidak bisa melakukan banyak hal karena terbatasnya kuasa mereka.
"Sayang sekali tidak ada hukuman untuk tindakan seperti ini, kami melihat mereka terus melakukannya." katanya.
Lori Argus mengatakan larangan untuk menawarkan jasa kepada penumpang di dalam terminal kedatangan itu dicabut tahun lalu. "Kami tidak melihat adanya perilaku seperti ini di bandara ketika tindakan percaloan dilarang sebelumnya."
The Transport Matters Party telah mengajukan usulan ke parlemen agar aturan itu dikembalikan. Ketua partai tersebut yang juga anggota parlemen yang meliputi wilayah Bandara Tullamarine, Rod Barton mengatakan tindakan percaloan ini merupakan masalah keamanan.
"Ini berbahaya bagi penumpang." kata Barton. "Kita tidak tahu siapa mereka, kita tidak tahu apakah mereka punya lisensi, apakah mereka punya asuransi."
RUU tersebut akan diajukan bulan November, dan sementara itu pihak pengelola bandara meminta penumpang untuk tidak menggunakan jasa para calo tersebut dan menggunakan taksi di tempat yang disediakan atau menggunakan moda transportasi lain.
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini