REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON – Tingkat pesanan baru terhadap barang-barang modal utama buatan Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan lebih dalam dibandingkan yang diperkirakan pada September. Tingkat pengiriman juga menurun. Tren ini menandakan bahwa investasi bisnis masih lemah di tengah dampak dari perang dagang AS dengan Cina.
Departemen Perdagangan AS mengatakan, Kamis (24/10), pesanan untuk barang modal non-pertahanan kecuali pesawat terbang turun 0,5 persen pada bulan lalu. Permintaan menurun karena berkurangnya permintaan terhadap peralatan transportasi, kendaraan bermotor dan komponennya serta komputer dan produk elektronik.
Dilansir di Reuters, Kamis, sektor otomotif memang tengah mengalami masa babak belur. Kondisi ini terlihat dari aksi pemogokan yang sedang berlangsung di General Motors.
Secara keseluruhan, pesanan untuk barang tahan lama (durable goods) turun 1,1 persen pada September setelah naik 0,3 persen pada Agustus. Beberapa di antaranya adalah pemanggang roti sampai pesawat yang dimaksudkan untuk bertahan hingga tiga tahun atau lebih.
Sedangkan, pesanan untuk pesawat terbang non pertahanan dan suku cadangnya lebih terpukul dengan merosot hingga 11,8 persen. Penyebabnya, masalah yang sedang berlangsung di Boeing.
Dari beberapa komponen, pesanan barang modal inti naik 1,0 persen dibandingkan tahun lallu. Tapi, pengiriman barang tersebut turun 0,7 persen, kontraksi lebih dalam dibandingkan kondisi Agustus, turun 0,3 persen. Pengiriman barang modal inti digunakan untuk menghitung belanja pemerintah.
Pelemahan proses investasi bisnis tidak dapat terlepas dari kinerja manufaktur AS yang juga melambat. Manufaktur sendiri berkontribusi sekitar 11 persen dari ekonomi AS yang kini telah terpincang-pincang akibat perselisihan dagang AS dengan Cina.
Output manufaktur AS turun lebih dari proyeksi pada September, sementara investasi bisnis juga turun 1,0 persen pada kuartal terakhir. Angka tersebut menjadi penurunan terbesar sejak kuartal keempat 2015.
Pada awal bulan ini, Presiden AS Donald Trump menguraikan fase pertama dari kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang dengan Cina dan menunda ancaman kenaikan tarif. Tapi, para pejabat di kedua belah pihak mengatakan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum dua pemimpin negara itu mencapai kesepakatan.