Jumat 25 Oct 2019 09:31 WIB

Pasukan Kurdi Tuding Turki Langgar Gencatan Senjata

Rusia menyebut rencana perdamaian di Suriah tengah dipersiapkan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Tentara oposisi Suriah yang didukung Turki mengendarai kendaraan bersenjata di Akcakale, Sanliurfa, tenggara Turki, Jumat (18/10).
Foto: AP Photo/Mehmet Guzel
Tentara oposisi Suriah yang didukung Turki mengendarai kendaraan bersenjata di Akcakale, Sanliurfa, tenggara Turki, Jumat (18/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi menuduh Turki meluncurkan serangan darat yang menargetkan tiga desa di timur laut Suriah meskipun sedang terjadi gencatan senjata pada Kamis (24/10). Menanggapi itu, Rusia mengatakan, sebuah rencana perdamaian sedang dipersiapkan pekan ini.

SDF mengatakan dalam pernyataannya, pasukan Turki menyerang tiga desa di luar wilayah proses gencatan senjata.

Baca Juga

"Terlepas dari komitmen pasukan kami terhadap keputusan gencatan senjata dan penarikan pasukan kami dari seluruh wilayah gencatan senjata, Turki dan faksi-faksi teroris yang bersekutu dengannya masih melanggar proses gencatan senjata," kata SDF.

Menurut SDF, kedua pasukan berlawanan masih bentrok. Mereka meminta AS ikut terlibat dalam pertempuran tersebut.

Kementerian Pertahanan Turki tidak mengomentari langsung laporan SDF tersebut. Hanya saja, mereka mengatakan, lima personel militernya terluka dalam serangan oleh milisi YPG di sekitar kota-kota yang dihuni Ras al Ain, dekat tempat pertama di desa itu.

Turki sebelumnya mengatakan negara itu memiliki hak untuk membela diri terhadap setiap milisi yang tetap berada di daerah itu meskipun sedang terjadi gencatan senjata. "Jika para teroris ini tidak mundur dan melanjutkan provokasi mereka, kami akan mengimplementasikan rencana kami untuk ofensif (baru) di sana," kata Presiden Turki Tayyip Erdogan.

Rusia, sebagai sekutu dekat Presiden Bashar al-Assad muncul sebagai pemain kunci geopolitik di Suriah. Negara itu mulai mengerahkan polisi militer di dekat perbatasan Turki. Pengerahan itu sebagai bagian dari perjanjian yang disepakati pada Selasa di kota Sochi, Rusia.

"Kami dengan senang hati bahwa perjanjian disetujui di Sochi sedang dilaksanakan," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Vershinin ketika berbicara di kantor berita Interfax.

Seorang pejabat SDF mengatakan para milisi Kurdi telah mundur melebihi 32 km dari perbatasan. Kurdi siap untuk membahas bergabung dengan tentara Suriah sehingga krisis di Suriah dapat diselesaikan secara politis.

Laporan kantor berita RIA, Kementerian Pertahanan Rusia akan mengirim 276 perwira polisi militer dan 33 unit perangkat keras militer ke Suriah dalam sepekan. Polisi militer Rusia telah berpatroli di sepanjang rute baru 60 km di perbatasan.

Selasa depan, di bawah ketentuan persetujuan Sochi, pasukan Rusia dan Turki akan mulai berpatroli 10 km di timur laut Suriah. Wilayah itu sebelumnya dikuasai pasukan AS selama bertahun-tahun bersama dengan sekutu Kurdi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement