REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) berkomitmen memperkuat posisi militernya di Suriah melalui penambahan aset untuk mencegah ladang minyak diambil alih ISIS atau kelompok lainnya yang tersisa, Kamis (24/10).
Pejabat yang meminta identitasnya dirahasiakan itu tidak mengungkapkan aset militer apa yang sedang dipertimbangkan. Pernyataan itu menjadi sinyal paling jelas AS tidak hanya menghentikan rencana sekarang atas penarikan penuh dari Suriah, tetapi mungkin menambah sejumlah kemampuan baru untuk memperkuat pasukan Amerika yang masih berada di negara tersebut.
"Salah satu perolehan paling signifikan oleh AS dan mitra kami dalam memerangi ISIS adalah mengambil kendali ladang minyak di Suriah timur, sumber pendapatan utama bagi ISIS. Kita harus memutus aliran pendapatan ISIS ini guna memastikan mereka tidak akan bangkit," kata pejabat pertahanan itu.
Pejabat lainnya, yang juga keberatan identitasnya diungkap, menyebutkan Menteri Pertahanan AS Mark Esper dan Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Angkatan Darat Mark Milley mengatakan terus menyiapkan opsi untuk diajukan kepada presiden. Di tengah kekhawatiran ISIS dapat bangkit kembali, Trump pada Rabu (23/10) mengatakan sejumlah kecil pasukan AS akan tetap berada di daerah Suriah yang ada minyak, mengacu pada ladang minyak di wilayah yang dikuasai Kurdi.