Jumat 25 Oct 2019 17:51 WIB

Dinding Benteng Berusia 7.000 Tahun Terungkap di Turki

Dinding Benteng berada di Provinsi Mersin, selatan Turki.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Dinding benteng ribuan tahun di Turki.
Foto: Daily Sabah
Dinding benteng ribuan tahun di Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, MERSIN – Dinding Benteng berusia 7.000 tahun yang berasal dari zaman Chalcolithic atau tembaga berhasil digali di situs bersejarah perbukitan Yumuktepe di Provinsi Mersin di selatan Turki. 

Wilayah itu sangat penting sebagai pemukiman yang ada sejak zaman Neolitik 9.000 tahun lalu. Penggalian yang berlangsung lebih dari dua bulan itu berakhir pada Jumat. 

Baca Juga

Tahun ini, penggalian berfokus pada periode Neolitik dan Chalcolithic. Penggalian dilakukan tim yang terdiri 30 orang pimpinan Isabella Caneva, arkeolog dari Universitas Salento di Lecce, Italia. 

Caneva mengatakan, tembok benteng itu sudah dapat dipertunjukkan kepada publik. Sementara penggalian yang sudah dilakukan sepanjang tahun ini telah memberikan banyak pengetahuan sejarah. 

Pada penggalian tahun ini, kata dia, telah menghasilkan temuan era Neolitik dan Chalcolithic yang lebih banyak. Lapisan perbukitan Yumuktepe begitu spesial karena terdapat arsitektur bangunan yang sangat istimewa. 

Dinding benteng itu terbuat dari berbagai bahan. Termasuk pada dinding penyangga setebal 1,5 meter yang terbuat dari batu kapur pada bagian bawahnya, kemudian 2 meter batu yang dipotong dan 3 meter dari bata lumpur. 

Dia menyebutkan, pada penggalian sebelumnya berhasil menemukan keberadaan kastil berusia 5.000 sebelum Masehi. Meski demikian, para peneliti tak mengungkap dinding  itu lebih dalam musim ini. 

“Kami tak tahu ada teknologi seperti itu pada masa itu. Sekarang kami melihatnya dan ini merupakan struktur bangunan yang  khusus. Karena desa pada umumnya tak mungkin memerlukan tembok yang tebal dan kokoh,” kata Caneva.

Caneva menjelaskan bahwa desa itu  merupakan situs tertua di dunia yang diketahui menghasilkan tembaga. “Ini bahan yang sangat penting, alat dan senjata semuanya dibuat dengan tembaga,” katanya.

Tim itu juga menemukan bahwa rumah-rumah pada periode Neolitikum dibangun dengan cara tertentu. Rumah-rumah itu dibangun di atas satu sama lain selama 2.000 tahun. Caneva berharap situs tersebut akan dikembangkan menjadi museum terbuka bagi pengunjung di masa mendatang.  

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement