Sabtu 26 Oct 2019 03:20 WIB

Letih dengan Perang dan Kebrutalan, Etnis Kurdi di Irak Kembali Peluk Ajaran Zoroaster

Zoroastrianisme agama kuno yang ada sejak sekitar 3.500 tahun lalu di Iran kuno.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
A.G.
A.G.

Kekerasan selama bertahun-tahun oleh kelompok militan ISIS yang bermimpi mendirikan negara Islam telah banyak meninggalkan kekecewaan. Sejarah penindasan oleh negara juga telah mendorong sejumlah orang di wilayah otonomi Kurdi di Irak untuk kembali ke agama yang berusia ribuan tahun itu sebagai cara menegaskan kembali identitas mereka.

"Setelah orang-orang Kurdi menyaksikan kebrutalan ISIS, banyak yang mulai mempertanyakan kembali kepercayaan mereka," ujar Asrawan Qadrok, seorang imam kenamaan di wilayah otonomi Kurdi di Irak.

Selama ritual perpindahan agama yang dilakukan oleh Fuad di Darbandikhan, dekat perbatasan Iran, seorang imam besar dan asistennya mengenakan pakaian putih yang merepresentasikan kemurnian dan membacakan ayat-ayat dari kitab suci Zoroaster, Avesta.

Mereka mengikatkan tali sebanyak tiga kali di pinggang Fuad untuk melambangkan nilai-nilai inti iman dari kata-kata baik, pikiran baik dan perbuatan baik. Pengikut baru itu mengangkat tangannya dan bersumpah untuk mematuhi ketiga nilai itu dan untuk melindungi alam, menghormati air, udara, api, tanah, hewan, dan manusia.

"Aku merasa sangat bahagia dan segar," kata Fuad. Ia memakai kalung Farawahar, simbol kekuatan spiritual yang diberikan oleh imam besar. Dia berkata bahwa dia telah mempelajari Zoroastrianisme sejak lama dan tertarik pada filosofinya yang "membuat hidup menjadi mudah."

"Ini tentang kebijaksanaan dan filsafat. (agama) ini melayani umat manusia dan alam," katanya.

Agama kuno kepercayaan Freddie Mercury

Zoroastrianisme adalah agama kuno yang sejarahnya dapat dilihat sejak sekitar 3.500 tahun lalu di Iran kuno. Pengikutnya cukup banyak hingga mencapai wilayah India. Ini adalah agama resmi kekaisaran Persia kuno yang kuat bertahan selama seribu tahun.

Namun pada tahun 650 Masehi, raja Zoroaster terakhir terbunuh. Pada saat bersamaan, kebangkitan Islam pun membuat agama ini ditinggalkan.

Namun iman itu bertahan, beberapa pengikutnya seringkali dalam menghadapi persekusi berat. Pengikut ajaran ini yang cukup terkenal di antaranya yaitu Freddie Mercury, yang keluarga Zoroasternya berasal dari Gujarat di India barat.

Zoroaster atau beberapa juga menyebutnya sebagai Zarathustra sendiri adalah seorang pemuka agama yang diperkirakan lahir sekitar tahun 628 Sebelum Masehi di wilayah Persia kuno. Namun beberapa ilmuwan ada juga yang menganggap dia telah hidup jauh lebih lama. Agama ini telah menarik banyak ilmuwan modern untuk menelitinya.

Konsep ajarannya adalah monoteisme dengan tuhan pencipta semesta yang disebut Ahura Mazdā, atau dewa bijaksana. Konsep ini berbeda dengan ajaran tradisional Persia yang lebih kuno lagi yang kebanyakan berupa politeisme. Ahura Mazdā dikelilingi oleh enam atau tujuh entitas yang dalam kitab suci Avesta disebut spentas, atau kurang lebih berarti "makhluk abadi yang dermawan."

"Selama pemerintahan Saddam Hussein, ayah saya mempraktikkan Zoroastrianisme tetapi merahasiakannya dari negara, tetangga dan kerabat kami," kata Awat Tayib, perempuan yang menjadi perwakilan kepercayaan ini di kementerian urusan agama pemerintah daerah setempat.

Pada 2014, para militan ISIS menduduki sejumlah wilayah di Irak utara dan kemungkinan melakukan genosida terhadap minoritas Yazidi.

"Banyak yang berpikir bahwa nilai-nilai yang dibawa ISIS sangat aneh, kontras dengan nilai-nilai dan tradisi Kurdi. Hal ini membuat beberapa orang memutuskan untuk meninggalkan iman mereka," kata imam besar Qadrok, seraya menambahkan bahwa ia melakukan upacara setiap minggu untuk menyambut para pengikut baru.

Agama ini baru mendapat pengakuan resmi oleh otoritas regional pada tahun 2015. Sejak itu, tiga kuil baru telah diresmikan, tetapi Tayib mengatakan belum ada kuburan untuk pengikut agama ini. Bagi sebagian orang di wilayah otonom ini, beralih ke Zoroastrianisme adalah cara mereka untuk menegaskan identitas regional yang berbeda dari mayoritas orang di Baghdad.

Tayib yang merupakan satu-satunya perempuan yang menjadi perwakilan agama di pemerintahan otonom, mengatakan masyarakat Kurdi menjadi lebih toleran terhadap Zoroaster.

Perlu identitas sendiri

AFP menemani imam besar dan asistennya untuk mendatangi ibadah salat Jumat agama Islam yang diselenggarakan untuk mengutuk serangan militer Turki ke bagian-bagian Kurdi di Suriah bagian utara. Ketika orang-orang beragama Zoroaster ini tiba, orang-orang Muslim menyambut mereka dan meminta untuk berswafoto dengan mereka. Islam sejauh ini masih menjadi agama utama di Kurdistan, Irak, dan tidak ada angka resmi terkait jumlah pengikut Zoroaster.

"Orang-orang Zoroaster adalah saudara kita, bukan musuh kita: musuh kita adalah orang-orang yang membunuh kita, seperti (Presiden Turki Recep Tayyip) Erdogan," kata ulama Islam Mullah Saman sambil menyambut para pengikut Zoroaster.

Azad Saeed Mohammad, kepala Yasna, sebuah organisasi yang mempromosikan ajaran Zoroaster di Kurdistan, mengatakan bahwa Kurdi "perlu memiliki agama sendiri seperti bangsa-bangsa lain di Timur Tengah untuk menyelamatkan diri dari agresi dan penyerbu."

"Kita perlu menggunakan agama kuno kita untuk menghidupkan kembali identitas dan membangun bangsa," katanya.

ae/ts (AFP, Britannica)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement