REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pemerintah Australia akan meningkatkan jumlah visa untuk pekerja terampil yang bersedia berimigrasi ke wilayah lebih sepi di negara itu, Sabtu (26/10). Peraturan ini dilakukan dalam upaya untuk mengurangi tekanan di kota-kota besar, di mana populasi tumbuh dua kali lebih cepat daripada di tempat lain.
"Kami menggunakan program imigrasi kami untuk mendukung wilayah kami agar bertumbuh untuk menghilangkan tekanan populasi dari ibu kota utama dan dengan mendukung daerah yang kuat kami menciptakan ekonomi yang lebih kuat untuk Australia," kata Perdana Menteri Scott Morrison.
Melalui pernyataan resmi, Morrison menyatakan, pemerintah akan meningkatkan jumlah penduduk di bawah program imigrasi regionalnya dari 23.000 menjadi 25.000. Namun, tidak berarti Australia akan mengambil lebih banyak imigran.
Pemerintah konservatif Morrison memangkas asupan imigrasi tahunan menjadi 160.000 orang pada 1 Juli, dibandingkan sebelumnya berjumlah 190.000. Sedangkan penambahan jumlah menjadi 25.000 visa ini diperuntukan bagi mereka yang mau tinggal di kota-kota kecil dan daerah.
Para imigran yang bersedia tinggal di lokasi di luar Melbourne, Sydney dan Brisbane akan memiliki akses ke pemrosesan prioritas dan lulusan universitas internasional berada di lokasi-lokasi itu. Mereka akan memenuhi syarat untuk melamar lebih lama waktu tinggal di Australia dengan visa kerja pasca-studi.
Australia merupakan negara dengan urbanisasi tinggi dengan salah satu tingkat pertumbuhan populasi tertinggi di OECD. Negara ini, menurut data sensus pemerintah 2016, memiliki sekitar dua pertiga penduduknya yang tinggal di ibukota negara bagian dan teritori.
Antara tahun 2017 hingga 2018 jumlah orang yang tinggal di kota-kota itu meningkat dua kali lipat dari jumlah orang yang tinggal di luar wilayah itu. Pertumbuhan penduduk ibu kota menyumbang 79 persen dari total pertumbuhan populasi Australia.