Sabtu 26 Oct 2019 14:52 WIB

Rusia Minta AS Lanjutkan Perundingan dengan Taliban

Rusia mencatat perlunya dimulainya kembali negosiasi antara AS dan Taliban

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Pemimpin politis top Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar (ketiga dari kiri) bersama delegasi Taliban lainnya tiba untuk melakukan pembicaraan di Moskow, Rusia, 28 Mei 2019.
Foto: AP Photo/Alexander Zemlianichenko
Pemimpin politis top Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar (ketiga dari kiri) bersama delegasi Taliban lainnya tiba untuk melakukan pembicaraan di Moskow, Rusia, 28 Mei 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pemerintah Rusia meminta Amerika Serikat (AS) melanjutkan pembicaraan perdamaian dengan kelompok Taliban. Hal itu disampaikan setelah Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Morgulov melakukan pertemuan dengan utusan AS, Cina, dan Pakistan untuk Afghanistan di Moskow. 

“Rusia mencatat perlunya dimulainya kembali negosiasi antara AS dan Taliban, serta kelanjutan dari upaya bersama dari negara-negara yang terlibat untuk mempromosikan dialog antar-Afghanistan,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan pada Jumat (25/10), dikutip laman Anadolu Agency.

Dalam pertemuan dengan utusan AS, Cina, dan Pakistan, Morgulov turut menekankan pentingnya mencapai perdamaian berkelanjutan di Afghanistan. Hal itu dapat dicapai dengan cara-cara politik serta diplomatik.

Pada September lalu, Presiden AS Donald Trump memutuskan menghentikan perundingan damai dengan Taliban. Keputusan itu diambil Trump setelah Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom di Kabul. Sebanyak 12 orang tewas dalam insiden tersebut, termasuk satu tentara AS.

Trump menganggap serangan itu merupakan taktik Taliban untuk memperkuat posisinya dalam perundingan. Harapannya agar hasil pembicaraan dengan AS dapat sesuai dengan kehendak atau keinginan mereka.

Namun pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menegaskan negaranya masih berkomitmen melakukan pembicaraan damai dengan Taliban. Perdamaian dan stabilitas di Afghanistan tetap menjadi perhatian AS.

Hal itu diungkap Pompeo setelah adanya serangan bom terhadap masjid di Distrik Haska Mena yang menewaskan sedikitnya 69 orang. “AS tetap berkomitmen untuk perdamaian dan stabilitas di Afghanistan, dan akan terus berjuang melawan terorisme. Kami mendukung rakyat Afghanistan yang hanya menginginkan perdamaian serta masa depan yang bebas dari tindakan kekerasan yang menjijikan ini,” ujarnya.

Perundingan AS dan Taliban telah berlangsung sejak tahun lalu. Hal utama yang dibahas adalah tentang penarikan pasukan AS dari negara tersebut. Saat ini AS diketahui menempatkan 14 ribu personel militer di Afghanistan.

AS telah mengungkapkan rencananya untuk menarik sekitar 5.000 pasukannya dari Afghanistan. Namun hal itu tak akan mengurangi tekad dan komitmen AS untuk membantu Afghanistan dalam memerangi kelompok teroris seperti ISIS dan al-Qaeda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement