Sabtu 26 Oct 2019 20:20 WIB

Mayoritas 39 Mayat dalam Truk Kemungkinan Warga Vietnam

Para korban diduga berasal dari komunitas petani di perdesaan.

Polisi membawa truk kontainer berisi 39 jenazah dari kawasan industri di Thurrock, selatan Inggris, Rabu (23/10).
Foto: AP Photo/Alastair Grant
Polisi membawa truk kontainer berisi 39 jenazah dari kawasan industri di Thurrock, selatan Inggris, Rabu (23/10).

REPUBLIKA.CO.ID, YEN THANH -- Mayoritas dari 39 jasad yang ditemukan di belakang truk pendingin dekat London kemungkinan berasal dari Vietnam. Menurut pemimpin komunitas perdesaan, para korban berasal dari komunitas petani di perdesaan.

Penemuan jasad 38 orang dewasa dan seorang remaja diketahui pada Rabu setelah layanan darurat disiagakan untuk orang-orang yang berada di dalam kontainer truk di kawasan industri di Grays, sekitar 32 Km timur pusat kota London.Polisi mengungkapkan mereka yakin para korban merupakan warga China.

Baca Juga

Namun, China mengatakan kewarganegaraan tersebut belum dikonfirmasi. Pejabat China dan Vietnam kini sedang berkoordinasi erat dengan kepolisian Inggris.

Pastor Katolik di kota terpencil Yen Thanh di Provinsi Nghe An, di bagian tengah utara Vietnam, Anthony Dang Huu Nam mengatakan ia sedang menghubungi anggota keluarga korban. "Seluruh distrik diselimuti awan duka," kata Nam, saat mendoakan para korban melalui pengeras suara, Sabtu (26/10).

Nam menyebutkan keluarga itu memberitahunya mereka tahu para kerabat sedang bepergian ke Inggris pada saat itu dan tak bisa menghubungi orang-orang yang mereka sayangi. "Saya masih memiliki kontak lengkap semua keluarga korban, dan akan menggelar doa bersama untuk mereka malam ini. Ini sebuah bencana bagi komunitas kami," ujarnya.

Kementerian Luar Negeri Vietnam mengatakan melalui pernyataan telah memerintahkan kedutaan besarnya di London untuk membantu Kepolisian Inggris mengidentifikasi para korban. Kementerian tidak menanggapi untuk dimintai keterangan lebih lanjut soal kewarganegaraan korban. Sementara itu, Kepolisian Essex menolak menjelaskan bagaimana pertama kali mereka mengidentifikasi para korban berasal dari China.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement