Ahad 27 Oct 2019 09:21 WIB

Pengunjuk Rasa Tewas di Irak Tembus 190 Orang

Gelombang unjuk rasa di Irak dipicu masalah ekonomi.

Red: Nur Aini
Unjuk rasa antipemerintah di Basra, Irak, Jumat (25/10).
Foto: AP Photo/Nabil al-Jurani
Unjuk rasa antipemerintah di Basra, Irak, Jumat (25/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Setidaknya enam pengunjuk rasa meninggal dunia dalam bentrokan terbaru dengan pasukan keamanan di Irak, Sabtu (26/10) waktu setempat. Angka korban jiwa keseluruhan dalam protes anti-pemerintah bulan ini menjadi lebih dari 190 orang.

Ribuan orang mengambil bagian dalam protes nasional pada Sabtu. Bentrokan pun tak terelakkan ketika pihak keamanan menembakkan gas air mata pada pengunjuk rasa yang mencoba mencapai Zona Hijau Baghdad, rumah bagi kantor-kantor pemerintah dan kedutaan besar.

Baca Juga

Pejabat keamanan dan pihak medis mengatakan, tiga pengunjuk rasa tewas ketika mereka diserang oleh tabung gas air mata di Baghdad. Sementara, tiga lainnya ditembak mati di selatan kota Nasiriya setelah menyerang rumah seorang pejabat setempat.

Salah satu koresponden Aljazirah melaporkan langsung dari Baghdad, Natasha Ghoneim mengatakan suasana di kota tegang karena pasukan keamanan yang dikerahkan di sekitar ibu kota Irak. "Orang-orang di sini geram. Beberapa berusaha menyerbu barikade menuju Zona Hijau, tempat kantor-kantor pemerintah dan gedung parlemen berada," katanya dikutip laman Aljazirah, Ahad.

"Mereka ingin pemerintah pergi. Pasukan keamanan menggunakan banyak gas air mata dan granat setrum," katanya menambahkan.

Unjuk rasa sebagian besar dilakukan oleh para pemuda pengangguran yang memprotes pemerintah dan menuntut pekerjaan dan layanan yang lebih baik. "Saya ingin perubahan. Saya ingin menyingkirkan orang-orang korup yang tidur di Zona Hijau dan yang menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah kami," kata salah satu pengunjuk rasa Mukhaled Fares (19 tahun).

Unjuk rasa kali ini adalah kelanjutan dari demonstrasi yang digerakkan sebab tuntutan ekonomi yang dimulai pada awal Oktober. Aksi demonstran berubah mematikan ketika pasukan keamanan menindak para pengunjuk rasa menggunakan amunisi hidup. Setidaknya 149 orang meninggal dunia dalam protes awal Oktober.

Komisi Hak Asasi Manusia Irak mengatakan jumlah korban tewas dari unjuk rasa Jumat lalu sebanyak 42 orang. Pihaknya mengatakan, lebih dari 2.300 orang terluka.

Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Irak memuji apa yang disebut pengekangan yang ditunjukkan oleh pasukan keamanan pada Jumat. "Pasukan keamanan mengamankan aksi demonstrasi dan pengunjuk rasa bertanggung jawab dan dengan pengekangan tinggi, dengan menahan diri dari menggunakan senjata api atau kekuatan berlebihan terhadap demonstran," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Orang-orang yang berkumpul di Lapangan Tahrir Baghdad mengatakan atas tindakan berlebihan pasukan keamanan. Para pengunjuk rmengklaim bahwa yang mereka bawa hanyalah bendera dan air untuk melawan gas air mata dan membilas mata mereka. "Baru kemarin, kami kehilangan lebih dari 30 orang. Kami membutuhkan negara yang aman," kata Batoul, seorang pemrotes berusia 21 tahun.

"Kami ingin memiliki kehidupan, secara harfiah. Ini bukan tentang pekerjaan atau uang, ini tentang berada di negara yang baik yang layak kami dapatkan. Kami memiliki negara yang hebat, tetapi bukan pemerintah yang hebat," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement