REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA – Puluhan ribu orang berkumpul di Barcelona, pada Ahad (27/10). Mereka memprotes gerakan separatis di bagian timur laut Katalunya yang telah menyebabkan krisis politik terburuk di Spanyol selama satu dekade terakhir.
Berdasarkan penjelasan kepolisian, setidaknya sekitar 80 ribu orang berkumpul di satu titik sambil membawa bendera Spanyol dan Katalunya. Salah satu spanduk yang dibentangkan pengunjuk rasa berbunyi: "Kami orang Katalunya juga, hentikan kegilaan ini."
Unjuk rasa mendukung persatuan Spanyol terjadi beberapa hari setelah demonstrasi gerakan separatis Katalunya, yang memicu bentrokan dengan polisi. Gerakan separatis marah dengan putusan Mahkamah Agung yang memvonis sembilan pemimpin separatis hukuman penjara atas upaya pemisahan diri yang ilegal pada 2017.
Salah satu partisipan, Francisco Astorga Vasco (52 tahun), mengatakan, unjuk rasa tersebut sangat diperlukan untuk meneriakan bahwa Katalunya merupakan bagian dari Spanyol. “Mereka berusaha membuatnya seolah-olah Katalunya bukan Spanyol, dan itu tidak benar. Tidak di masa lalu, tidak di masa sekarang, dan tidak untuk masa depan kita," ujar lelaki itu seperti dilansir TIME, Senin (28/10).
Selama beberapa tahun terakhir, kelompok separatis memang kerap melakukan demonstrasi besar. Sementara warga Katalunya yang mendukung hubungan dengan Spanyol memilih tetap diam, kecuali dua tahun lalu.
Jajak pendapat dan hasil pemilihan dalam beberapa tahun terakhir mengatakan 7,5 juta penduduk di wilayah Katalunya yang kaya secara kasar terbagi rata terkait pemisahan diri. Kelompok pro persatuan dengan Spanyol menyatakan gerakan separatis telah memonopoli politik lokal dan menyebabkan perselisihan antara keluarga dan teman.
Pada Sabtu sebelumnya, sebuah demonstrasi dari sekitar 350 ribu separatis di Barcelona diikuti oleh bentrokan antara polisi, termasuk pemrotes radikal yang kemudian menewaskan 44 orang. Menurut otoritas kesehatan regional, lebih dari 500 orang terluka, dan hampir setengahnya adalah petugas polisi.
Krisis Katalan juga memang akan menjadi permasalahan utama dalam pemilihan nasional 10 November mendatang di Spanyol. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez masih bersikukuh untuk tetap memimpin.