REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perwakilan China di PBB Zhang Jun memperingatkan kecaman Amerika Serikat (AS) terhadap kebijakan China di daerah terpencil Xinjiang tidak membantu negosiasi kedua negara, Selasa (29/10). Ancaman tersebut dianggap tidak memberikan efek dalam kesepakatan perdagangan yang sedang dibicarakan.
"Saya tidak berpikir itu membantu mencari solusi yang baik untuk masalah pembicaraan perdagangan," kata Zhang.
AS, Inggris, dan 21 negara lainnya mendorong China berhenti menahan etnis Uighur dan etnis minoritas Muslim lainnya. Namun, permintaan itu dimentahkan oleh China dan sekitar 53 negara lainnya.
China dan koalisinya mencoba membela diri dengan menyatakan catatan pemenuhan hak-haknya atas warga negaranya berjalan luar biasa. Penekanan terhadap pelanggaran hak asasi manusia tidak akan memberikan solusi menurunkan tensi perang dagang yang mulai berjalan membaik.
"Pembicaraan perdagangan sedang berlangsung dan kami melihat kemajuan," kata Zhang
China dengan AS telah melakukan kesepakatan fase pertama setelah hampir 15 bulan lebih kondisi terus memanas. Dengan dicapainya kesepakatan itu, akan mendorong AS menunda kenaikan tarif atas barang-barang China.
Hasil dari perang dagang yang dilakukan kedua negara membuat tarif AS lebih dari 360 miliar dolar AS untuk impor China. Sedangkan tarif balasan China 120 miliar dolar AS untuk barang-barang Amerika, yang sebagian besar produk pertanian.
Gedung Putih menaikkan sanksi dengan membatasi perjalanan bagi pejabat senior China dengan menagguhkan visa. AS pun merilis daftar hitam untuk 28 lembaga dan perusahaan China atas penganiayaan China terhadap Muslim Uighur.