Jumat 01 Nov 2019 10:35 WIB

Baghdadi Tewas, Assad: Operasi Itu Tipuan

Assad meragukan pembunuhan pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi di Idlib.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Bashar Al-Assad
Foto: myfirstclasslife.com
Bashar Al-Assad

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Suriah Bashar Assad meragukan pembunuhan pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi oleh pasukan komando Amerika di dekat Idlib. Assad menyangkal Suriah memiliki peran di dalamnya. Rezim Suriah di masa lalu menuduh kelompok teror itu diciptakan dan didukung oleh AS dan Israel.

"Kami tidak benar-benar tahu apakah operasi itu benar-benar terjadi atau tidak. Tidak ada pesawat yang terdeteksi di layar radar," katanya.

Baca Juga

"Apakah dia benar-benar terbunuh? Apakah dia terbunuh tetapi melalui metode yang berbeda, dengan cara yang sangat biasa?  Apakah dia diculik? Apakah dia disembunyikan? Atau apakah dia dipindahkan? Hanya Tuhan yang tahu. Saya percaya semua yang berhubungan dengan operasi ini adalah tipuan," tambahnya.

Dia juga menuduh Israel berada di belakang semua perang saudara selama delapan tahun di negaranya. Dia juga tidak mengakui keberadaan negara Israel.

Dalam wawancara yang direkam sebelumnya di televisi pemerintah, Assad meragukan pembunuhan pemimpin teroris Abu Bakr al-Baghdadi. Dia membela pembicaraan dengan Turki, dan mengatakan Israel tidak pernah absen dari medan perang Suriah.

"Kami melawan para proksi, agen, antek-anteknya, atau alat-alatnya, dengan cara yang berbeda, beberapa militer, beberapa politis," katanya, menurut terjemahan oleh SANA dilansir Times of Israel, Jumat (1/11).

Menurut Assad, mereka semua adalah alat yang melayani Israel secara langsung atau melalui Amerika. Dia menilai Israel sebenarnya adalah mitra utama atas apa yang terjadi. Dia juga menyebut Israel sebagai negara musuh.

"Apakah Israel akan berdiri dan menonton? Tidak. Ini akan proaktif, dan lebih efektif untuk menyerang Suriah, rakyat Suriah, tanah air Suriah, dan segala sesuatu yang terkait dengan Suriah," katanya.

Assad mengatakan, Israel mendapat manfaat dari operasi militer Turki. Assad tidak ingin menjadikan Turki musuh meskipun ada pertikaian antara pasukan mereka di utara negara itu. Dia menjelaskan mengapa dia bersedia bertemu dan bernegosiasi dengan Turki sebagai kekuatan pendudukan, tetapi tidak dengan Israel.

"Perbedaan antara mereka dan Israel adalah kami tidak mengakui legitimasi keberadaannya sebagai sebuah negara. Kami tidak mengakui keberadaan orang-orang Israel. Tidak ada orang Israel kecuali yang ada selama beberapa abad SM, sekarang mereka adalah diaspora yang datang dan menduduki tanah dan mengusir rakyatnya. Sementara orang-orang Turki ada, dan mereka adalah orang-orang tetangga, dan kami memiliki sejarah bersama," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement