REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Protes berkepanjangan di Hong Kong telah menginjak pekan ke-22. Pengunjuk rasa yang semula melakukan aksi damai untuk menyerukan protes terhadap kebijakan pemerintah, kini semakin menunjukkan tanda-tanda ketidaksabaran.
Sebagian demonstran merangsek ke gedung Xinhua, kantor berita Cina pada Sabtu (2/11). Mereka menghancurkan pintu dan jendela, melukisi dinding dengan grafiti, dan membuat kerusakan-kerusakan lain sampai kebakaran terjadi di lobi kantor.
Dikutip dari laman Fox News, pengunjuk rasa agaknya terus menargetkan perusahaan atau lembaga bisnis yang punya hubungan langsung dengan Beijing. Kekacauan terus memuncak sejak protes yang sudah berlangsung sejak awal Juni.
Dalam sebuah pernyataan, polisi mengatakan, bahwa beberapa oknum di antara demonstran merusak toko-toko, melakukan pembakaran, dan meletakkan paku di jalan. Akibat aksi, kebakaran sempat terjadi di pintu masuk sebuah stasiun metro.
Massa mencabut dua unit telepon umum dari biliknya dan melemparkan ke api yang menyala. Mereka lantas berpindah ke daerah perbelanjaan kelas atas sambil meneriakkan slogan-slogan prodemokrasi. Kerumunan besar itu kemudian pindah ke Victoria Park.
Pengunjuk rasa menggali tiang gawang dan pagar logam dari dasar lapangan sepak bola Victoria Park untuk memblokir pintu masuk. Akhirnya, polisi menembakkan gas air mata ke arah mereka karena aksi sudah dinilai melanggar.
Kekacauan itu merepresentasikan kemarahan massa yang menumpuk. Aksi yang semula memprotes RUU ekstradisi sudah meluas kepada gerakan yang mendesak tuntutan lain, termasuk tuntutan pemilihan langsung para pemimpin kota.
Aksi protes warga sipil itu menimbulkan tantangan besar bagi Hong Kong. Kerusuhan telah merusak reputasi salah satu pusat keuangan top dunia itu karena kini Hong Kong resmi jatuh ke dalam resesi ekonomi.