Selasa 05 Nov 2019 11:33 WIB

Diplomat AS di Luar Negeri Mengaku Ditekan Agar Dukung Trump

Diplomat AS menyebut Trump memanfaatkan Deplu untuk kepentingan politik dalam negeri.

Red: Nur Aini
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dua diplomat AS mengatakan kepada anggota parlemen bahwa Departemen Luar Negeri AS digunakan untuk tujuan politik dalam negeri di bawah Presiden Donald Trump. Mereka mengaku ditekan untuk mendukung Donald Trump di media sosial.

Para diplomat memperingatkan itu akan merugikan kepentingan Amerika Serikat. Menurut transkrip yang disiarkan pada Senin (4/11) mengenai penyelidikan pemakzulan oleh panel Urusan Luar Negeri, Intelijen dan Pengawasan Parlemen, mereka memberikan gambaran terperinci mengenai tekanan yang dirasakan oleh diplomat senior AS. Sekutu Trump, kata mereka, berusaha menekan Ukraina agar melakukan penyelidikan mengenai pesaing politik dalam negeri presiden dari Republik tersebut.

Baca Juga

Marie Yovanovitch, yang secara mendadak ditarik oleh Trump sebagai duta besar untuk Ukraina pada Mei, mengatakan kepada komite House of Representative AS mengenai serangan terhadap dirinya di media konservatif dan dari sekutu dekat Trump. Serangan itu mempertanyakan kesetiaan dia kepada presiden.

"Saya terkejut," kata Marie Yovanovitch saat mengetahui dari Asisten Menteri Luar Negeri Philip Reeker bahwa Trump ingin dia melepaskan jabatannya, sebagaimana dikutip Reuters.

Rudy Giuliani, pengacara pribadi presiden, dan Donald Trump Jr., putra presiden, juga telah mengunggah kecaman terhadap dia di media sosial.

"Jika ada putra presiden berkata, kalian tahu, kita perlu menarik badut-badut ini, atau namun ia merujuk kepada saya, itu membuat keadaan jadi berat untuk menjadi duta besar yang dapat dipercaya di satu negara," kata wanita pejabat tersebut.

Yovanovitch mengatakan ia pertama mengetahui pada akhir 2018 bahwa Giuliani telah terlibat dalam kebijakan Ukraina. Hal itu ketika para pejabat Ukraina memberitahu dia mengenai komunikasi mantan wali kota New York dengan mantan jaksa agung Ukraina.

Ia menggambarkan bagaimana Gordon Sondland, Duta Besar AS untuk Uni Eropa, telah mendesak dia agar menggunakan Twitter untuk menyampaikan dukungan buat Trump guna menyelamatkan pekerjaannya. "Ia mengatakan, kalian tahu, kamu perlu menjadi besar atau pulang. Kamu perlu, kamu tahu, mencuit bahwa kamu mendukung presiden," katanya.

Beberapa saksi telah mengatakan Sondland, donor utama Trump, memainkan peran penting dalam kebijakan Ukraina, kendati negara tersebut bukan bagian dari Uni Eropa. Sondland juga bersaksi dalam penyelidikan Parlemen, dan transkripnya diperkirakan dikeluarkan Selasa.

Michael McKinley, mantan penasihat senior Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, mengatakan kepada para penyelidik Parlemen bahwa ia meninggalkan posisinya setelah Departemen Luar Negeri memilih untuk tidak mempertahankan Yovanovitch dari kecaman Trump dan sekutu politiknya. Ia juga menyampaikan keprihatinan mengenai "mengenai apa yang kelihatan sebagai pemanfaatan duta besar kita di luar negeri untuk menggolkan sasaran politik dalam negeri", kata McKinley kepada anggota Parlemen.

"Saya merasa ini bukan cara kita memelihara keutuhan pekerjaan yang kita lakukan di luar perbatasan. Kita dimaksudkan memproyeksikan sikap tidak memihak di luar negeri," katanya.

Penyelidikan Parlemen, yang dipimpin Partai Demokrat, dipusatkan pada percakapan telepon 25 Juli. Saat itu Trump meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy agar menyelidiki mantan wakil presiden Joe Biden, pesaing utama dari Demokrat yang menantang Trump dalam pemilihan presiden pada November 2020.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement