REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Pemerintah Negara Bagian Maranhao, Brasil, telah membentuk satuan tugas (satgas) polisi untuk melindungi suku Guajajara dari serangan penebang liar di hutan Amazon. Salah satu tokoh dari suku itu ditembak mati oleh penebang liar pekan lalu.
Gubernur Maranhao Flavio Dino mengatakan mengingat tidak adanya lembaga federal yang melindungi masyarakat adat di negaranya, satgas tersebut akan bekerja sama dalam keadaan darurat dan memerangi pembalakan liar di tanah konservasi.
"Kami menganggap serius membela hak-hak masyarakat adat dan ingin membantu. Kami tidak memaafkan etnosida," ujar Dino melalui akun Twitter pribadinya.
Pada Jumat pekan lalu, para penebang liar telah membunuh Paulo Paulino Guajajara atau kerap dijuluki "Lobo" yang berarti serigala dalam bahasa Portugis. Dia ditembak di kepala saat sedang berburu di wilayah reservasi Arariboia di Negara Bagian Maranhao.
Para penebang liar turut menembak Laercio yang saat itu mendampingi Lobo. Kendati mengalami luka-luka, dia berhasil melarikan diri dan selamat. Menteri Kehakiman dan Keamanan Publik Brasil Sergio Moro mengatakan polisi federal akan menyelidiki kasus pembunuhan tersebut dan membawanya ke pengadilan.
Pada 2012, Guajajara sepakat membentuk sebuah unit atau satgas yang bertugas melindungi hutan Amazon. Mereka melakukan patroli di wilayah reservasi yang luas. Pada September lalu, Reuters sempat mewawancarai Paulino Guajajara yang berusia 20-an tahun. Dia mengatakan melindungi hutan dari penyelundup telah menjadi tugas berbahaya. Tapi sukunya tak boleh menyerah pada rasa takut.
"Saya kadang-kadang takut, tapi kita harus mengangkat kepala dan bertindak. Kami di sini bertarung," kata Paulino.
Paulino mengungkapkan tugas dia dan anggota suku lainnya adalah melindungi tanah Amazon dan kehidupan di atasnya, termasuk hewan-hewan di dalamnya. "Ada banyak kerusakan alam yang terjadi, pohon-pohon bagus dengan kayu sekeras baja ditebang dan diambil. Kita harus melestarikan kehidupan ini untuk masa depan anak-anak kita," ujarnya.