Rabu 06 Nov 2019 03:01 WIB

Xi Jinping Berjanji akan Buka Pasar Cina untuk Investasi

Presiden Cina Xi Jinping akan mengurangi pembatasan investasi asing.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden China Xi Jinping bersiap menyampaikan pidatonya saat makan malam peringatan 70 tahun China di Great Hall of the People di Beijing, Senin (30/9).
Foto: AP Photo/Andy Wong
Presiden China Xi Jinping bersiap menyampaikan pidatonya saat makan malam peringatan 70 tahun China di Great Hall of the People di Beijing, Senin (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Presiden Cina Xi Jinping berjanji akan membuka pasar Cina secara perlahan-lahan yang akan dimulai pada pameran China International Import Expo Selasa (5/11) ini. Namun, Cina tidak memiliki inisiatif dalam isu perdagangan teknologi dan isu lainnya yang memicu perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).

China International Import Expo kedua yang memamerkan pasar Cina sebesar 1,4 juta jiwa membantu Negeri Tirai Bambu untuk mengatasi desakan dari negara-negara lain. Cina kerap dikritik karena kebijakan subsidi terhadap perusahaan dalam negeri dan melindungi mereka dari kompetisi.

Baca Juga

Pameran itu juga menjadi wadah pemasaran bagi perusahaan asing yang ingin masuk pasar Cina. Barang-barang yang dipamerkan mulai dari anggur sampai kapal pesiar tapi jumlah perusahan yang ikut lebih sedikit dibandingkan perusahaan yang sudah ada di Cina.

"Pintu yang Cina buka hanya untuk dibuka lebih besar dan besar lagi," kata Xi dalam pidatonya dalam pameran tersebut, Selasa (5/11).

Presiden Prancis Emmanuel Macron, perdana menteri Yunani, Jamaika, dan Serbia turut hadir dalam pembukaan pameran tersebut. Xi mengafirmasi janjinya untuk mengurangi pembatasan investasi asing. Ia juga membuat penawaran yang sudah dilakukan sejak bulan Juni untuk mempercepat perjanjian investasi Cina-Eropa.

Selama dua tahun terakhir Cina telah mengumumkan akan mengubah sistem perekonomian mereka yang didominasi negara menjadi lebih produktif lagi. Mereka juga memotong tarif dan menghapus aturan yang membatasi asing memiliki pabrik otomotif, bergeliat di sektor keuangan dan bidang lainnya.

Namun, Xi tidak menyinggung isu teknologi yang dikeluhkan AS, Eropa, dan negara-negara maju lainya. Kebijakan yang memicu Presiden AS Donald Trump menggelar perang dagang dengan menaikan tarif impor barang-barang Cina.

Xi juga tidak membahas tentang perang dagang tersebut. Tapi ia menyerukan pembangunan ekonomi dunia yang terbuka. Dalam kesempatan itu Macron mengungkapkan keprihatinannya atas perang dagang yang menyebabkan perlambatan perekonomian global.

"Perang dagang hanya menghasilkan kekalahan," kata Macron.

Ia juga mengungkapkan harapannya penyelesaian perang dagang tetap menjaga kepentingan Cina, AS dan mitra dagang lainnya seperti Uni Eropa.  

Trump mengatakan AS dan Cina telah menyelesaikan kesepakatan 'tahap satu' pada 12 Oktober lalu. Saat ini negosiator dari kedua belah pihak sedang membahas detailnya. Belum ada pihak yang melaporkan kemajuan dalam upaya mengakhiri perang dagang. Para ekonom pun tidak yakin perselisihan dua perekonomian terbesar di dunia itu dapat selesai tahun ini.

Dalam konferensi pers Selasa, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan ia 'cukup optimistis' perundingan Tahap 1 akan selesai. Ia menambahkan isu yang lebih sulit sudah menanti dalam perundingan selanjutnya.

"Kami berharap Tahap 1 akan menjadi perintis jalan kesepakatan selanjutnya," kata Ross.

Trump dan Xi dijadwalkan akan bertemu di pertemuan pemimpin Asia-Pasifik di Cile bulan ini. Tapi pertemuan itu dibatalkan karena ada unjuk rasa besar-besaran di negara Amerika Latin tersebut.

Gagalnya pertemuan tersebut mungkin mengurangi progres kesepakatan. Tapi pemerintah Cina mengatakan kedua pemimpin negara 'menjaga kontak mereka'. Ross mengatakan kedua belah pihak sedang mencari venue lain untuk mempertemukan kedua kepala negara.

Deligasi Uni Eropa di Beijing mengatakan blok tersebut sedang menantikan progres 'nyata dan subtansial' dalam perjanjian investasi Cina-Uni Eropa sebelum kedua belah pihak menggelar pertemuan pada semester kedua tahun 2020. Uni Eropa ingin membuat kesepakatan yang ambius.

"Kami ingin kesepakatan ambisius yang menjamin pasar yang lebih luas, perlindungan investasi yang kuat, prediktabilitas yang lebih besar bagi perusahaan kami dan komitmen pada keberlanjutan," kata deligasi Uni Eropa di Beijing dalam pernyataan mereka. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement