REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Iran telah mengumumkan akan memulai penyuntikan gas uranium ke sentrifugal di fasilitas nuklir Fordow, Rabu (6/11). Keputusan itu pun mendapat kencaman keras dari Amerika Serikat (AS).
AS menyebut keputusan Iran sebagai langkah besar ke arah yang salah. AS menganggap Iran tidak dapat dipercaya dan tidak ada alasan untuk memperluas program pengayaan uraniumnya.
"Kami sepenuhnya mendukung IAEA dalam melakukan peran verifikasi independennya di Iran dan meminta IAEA melaporkan perkembangan apa pun," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Morgan Ortagus merujuk pada Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Selasa (5/11).
Ortagus menyatakan, Washington akan melanjutkan kebijakan tekanan ekonomi terhadap Iran sampai negara tersebut mengubah keputusan yang telah dibuatnya. Trump pun sempat menyinggung, kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) di bawah pendahulunya Barack Obama tidak cukup jauh dalam mengekang program nuklir dan rudal Iran.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres meminta semua pihak mematuhi sepenuhnya komitmen berdasarkan pakta tersebut. Langkah-langkah ini akan semakin memperumit peluang menyelamatkan perjanjian. Rusia, dan Uni Eropa telah meminta Iran untuk menghormati.
Ahli nuklir dari Brookings Institution dan mantan pejabat Departemen Luar Negeri Bob Einhorn mengatakan, langkah itu bukan peningkatan besar dalam kegiatan Iran. "Ada beberapa hal yang mungkin telah mereka lakukan untuk menjadi lebih provokatif, termasuk (untuk) meningkatkan tingkat pengayaan katakan menjadi 20 persen atau untuk berhenti bekerja sama dengan IAEA," ujarnya.
Kepala nuklir Iran Ali Akbar Salehi mengatakan, Iran akan memperkaya uranium hingga 5 persen di Fordow pada Rabu. Teheran juga bisa memperkaya uranium ke level 20 persen jika diperlukan.
"Tetapi saat ini tidak perlu untuk itu," katanya.
Kesepakatan JCPOA membatasi tingkat kemurnian uranium, Iran sebelumnya hanya dapat memperkaya uranium sebesar 3,67 persen sesuai yang telah ditentukan. Jumlah tersebut cocok untuk pembangkit listrik sipil dan jauh di bawah ambang batas kadar senjata nuklir 90 persen.
Inspektur nuklir AS melaporkan pada Juli Iran telah meningkatkan pengayaan hingga 4,5 persen sebagai langkah pertama untuk mengurangi komitmen nuklirnya. Namun, Iran menyangkal sedang mengembangkan bom nuklir hingga sekarang.
Perwakilan Iran untuk IAEA mengatakan, Iran telah mengatakan kepada badan tersebut mereka akan mulai menyuntikkan UF6 (uranium hexafluoride) ke dalam sentrifugal di Fordow pada hari Rabu. Kesepakatan itu melarang bahan nuklir dari Fordow dan dengan menyuntikkan UF6 ke sentrifugal.
"IAEA diminta mengirim inspekturnya untuk memantau prosesnya," kata Gharibabadi, seperti dikutip televisi pemerintah.
Fordow awalnya menjadi pusat nuklir, fisika dan teknologi di mana 1.044 sentrifugal digunakan untuk tujuan, seperti memproduksi isotop stabil, yang memenuhi berbagai kegunaan sipil. Dengan penyuntikan ini akan membuatnya menjadi situs nuklir aktif daripada pabrik penelitian.
Presiden Iran Hassan Rouhani pada Selasa mengatakan, telah menggandakan jumlah sentrifugal IR-6 canggih yang kini beroperasi. Bahkan, saat ini sedang mengerjakan prototipe yang disebut IR-9, diklaim bekerja 50 kali lebih cepat daripada sentrifugal IR-1.
"Kami tidak dapat menerima secara sepihak bahwa kami yang sepenuhnya harus memenuhi komitmen dan mereka tidak menindaklanjuti komitmen mereka," kata Rouhani.
Rouhani memberikan tenggat waktu dua bulan lagi ke Inggris, Prancis, dan Jerman untuk menyelamatkan kesepakatan dengan melindungi ekonomi Iran dari pelumpuhkan sanksi AS. Teheran mengatakan, perundingan dimungkinkan jika Washington mencabut sanksi dan kembali ke kesepakatan.
"Semua tindakan ini dapat dibalik jika pihak lain memenuhi komitmen mereka. Kita harus dapat menjual minyak kita dan mentransfer uangnya ke negara itu," kata Rouhani, merujuk pada sanksi AS terhadap sektor minyak dan perbankan Iran.