Rabu 06 Nov 2019 09:47 WIB

Rusia Ingin Iran Tetap dalam Kesepakatan Nuklir

Iran memperkaya uranium hingga 4,5 persen dan sudah melanggar batas perjanjian.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Iran Hassan Rouhani
Foto: Iranian Presidency Office via AP
Presiden Iran Hassan Rouhani

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Rusia mengharapkan Iran tetap pada kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov, mengatakan menginginkan kesepakatan nuklir itu tetap bertahan.

Presiden Iran Hassan Rouhani mengumumkan akan mulai memasukkan gas uranium ke sentrifugal di fasilitas nuklir Fordo, Rabu (6/11). Namun, Peskov mengatakan Rusia memahami kemarahan Iran atas sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak sah yang mereka terima.

Baca Juga

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) hingga saat ini masih memantau kepatuhan Iran dengan kesepakatan JCPOA. Lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa ini masih menolak berkomentar atas pengumuman Rouhani.

Sedangkan juru bicara Uni Eropa Maja Kocijancic menyatakan keprihatinan dengan keputusan yang telah Iran buat. Amerika Serikat juga telah menyatakan langkah tersebut merupakan keputusan yang buruk.

"Kami sepenuhnya mendukung IAEA dalam melakukan peran verifikasi independennya di Iran dan meminta IAEA melaporkan perkembangan apa pun," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Morgan Ortagus.

Tanggapan-tanggapan itu muncul ketika Iran mengumumkan melakukan pengembangan pada sentrifugal Fordo untuk disuntikkan gas uranium, padahal sebelumnya alat ini digunakan untuk pemenuhan kebutuhan riset. Kepala Organisasi Energi Atom Iran Ali Akhbar Salehi mengatakan telah menggandakan jumlah sentrifugal IR-6 canggih yang beroperasi di negara itu menjadi 60.

Sebuah sentrifugal memperkaya uranium dengan memutar gas uranium hexafluoride dengan cepat. Sebuah sentrifugal IR-6 dapat menghasilkan uranium yang diperkaya 10 kali lebih cepat daripada IR-1. Ilmuwan Iran juga sedang mengerjakan prototipe yang disebut IR-9, yang bekerja 50 kali lebih cepat daripada IR-1.

photo
Salah satu fasilitas yang diduga pembuatan nuklir di Provinsi Bushehr, Iran.

Sampai sekarang, Iran memperkaya uranium hingga 4,5 persen dan sudah melanggar batas perjanjian yang hanya 3,67 persen. Uranium yang diperkaya pada level 3,67 persen sudah cukup untuk kebutuhan riset, jauh di bawah level untuk senjata sebesar 90 persen.

Pada tingkat 4,5 persen, sudah cukup untuk membantu menyalakan reaktor Bushehr Iran, satu-satunya pembangkit listrik tenaga nuklir di negara itu. Sebelum kesepakatan atom, Iran hanya mencapai hingga 20 persen saja.

Rouhani mengancam akan menarik Iran lebih jauh dari kesepakatan pada awal Januari 2020. Artinya, langkah saat ini baru awal dan dia akan lebih berjalan jauh untuk melawan kesepakatan yang sudah dibuat.

"Kami menyadari kepekaan mereka terhadap fasilitas Fordo dan sentrifugal itu. Pada saat yang sama, kami tidak dapat mentoleransi pemenuhan komitmen kami secara sepihak dan tidak ada komitmen dari pihak mereka," kata Rouhani dalam pidato langsung di televisi.

Iran ingin Eropa membantu membatalkan sanksi Amerika Serikat yang menghambat penjualan minyak mentahnya ke luar negeri. Namun, mekanisme perdagangan masih belum berlaku dan jalur kredit yang diusulkan Prancis senilai 15 miliar dolar AS belum muncul.

"Kita harus bisa menjual minyak kita. Kita harus bisa membawa uang kita," ujar Rouhani.

Fordo berada sekitar 25 kilometer timur laut Qom, sebuah kota suci Syiah dan tempat bekas pembuangan amunisi. Terlindung oleh pegunungan, fasilitas ini juga dikelilingi oleh senjata antipesawat dan benteng lainnya. Fasilitas ini berukuran seluas lapangan sepak bola, cukup besar untuk menampung 3.000 sentrifugal.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement