REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Presiden Cile Sebastian Pinera menolak pengunduran dirinya. Pinera yakin akan mencapai akhir masa jabatannya hanya dalam dua tahun mendatang meskipun aksi demonstrasi antipemerintah mengguncang negara.
Dalam wawancaranya dengan BBC, Pinera menegaskan dirinya tidak akan mengundurkan diri. Saat ditanya salah satu opsi Pinera menjawab, "Tidak," katanya.
Pinera mengatakan, dirinya terpilih secara demokratis oleh mayoritas warga Cile. Meskipun dia menerima tanggung jawab atas ketidaksetaraan yang mengakar di sana, namun ia berpendapat itu bukan masalah satu-satunya.
"Berbagai masalah saat ini adalah akumulasi 30 tahun terakhir," kata Pinera. "Saya bertanggung jawab atas sebagian masalah tersebut," lanjut dia.
Miliarder berusia 69 tahun itu mengatakan, aksi unjuk rasa telah mengubah segalanya di negara yang pernah dianggap sebagai suar stabilitas di kawasan Amerika. "Saya berharap menjadi lebih baik," ujarnya.
"Saya memiliki keyakinan pada tugas saya sebagai presiden, dan saya bersumpah untuk mematuhi tugas itu untuk meningkatkan kualitas hidup warga negara kami," Pinera menambahkan.
Pinera kini menghadapi upaya kongres untuk memberhentikannya dari jabatan presiden. Partai-partai oposisi menuduhnya bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia yang sistematis selama aksi unjuk rasa.
Mosi telah diangkat di majelis rendah, dan jika disahkan, akan membutuhkan persetujuan dua pertiga dari Senat. Koalisi Pinera tidak memegang mayoritas di manapun yang terbagi dua. Namun, Pinera menolak langkah itu.
"Saya benar-benar yakin tidak satu pun dari tuduhan ini akan berhasil karena solusi dalam demokrasi adalah untuk menghormati aturan," katanya kepada BBC.
Dia mengatakan tuduhan pelanggaran hak asasi akan diselidiki. "Tidak akan ada impunitas," tegasnya.
Dia juga menolak klaim rencana sosialnya adalah kosmetik belaka. Menurutnya, masalah ini telah terakumulasi lebih dari 30 tahun. "Yang penting sekarang adalah bagaimana sebagai masyarakat kita bereaksi terhadap apa yang diminta orang," ujarnya.
Sedikitnya 19 orang meninggal dan ribuan orang lainnya terluka akibat unjuk rasa yang berujung rusuh, dan penjarahan. Protes dipicu oleh kenaikan tarif angkutan umum. Namun, meluas menjadi tuntutan pensiun, tingginya biaya utilitas, obat-obatan, dan jalan tol serta layanan umum seperti kesehatan dan pendidikan.
Pinera merespons aksi unjuk rasa dengan menyatakan status darurat nasional sehingga mengirim militer ke jalan-jalan kota. "Kami berperang melawan musuh yang kuat," katanya.
Pekan lalu, ia memecat delapan menteri kabinet, termasuk menteri dalam negeri dan keuangan. Meredam aksi portes, Pinera juga mengumumkan rencana pakes sosial baru termasuk memperkuat upah minimun pekerja, dan pembayaran penisun.
Protes besar di Cile berlanjut pada Selasa kemarin dengan tingkat kekerasan yang cenderung tidak ada. Para pemrotes menyerukan agar Pinera mengundurkan diri.
Presiden kanan-tengah itu terpilih pada akhir 2017 dengan 54,47 persen suara tetapi sekarang memiliki peringkat persetujuan kepercayaan publik hanya 14 persen. Angka itu terendah sejak pemerintahan militer diktator 1973-1990 Augusto Pinochet.
Kerusuhan yang terjadi di Cile juga memaksa Pinera membatalkan penyelenggaraan KTT APEC dan konferensi perubahan iklim. Dia beralasan pembatalan untuk menyelesaikan masalah internal. Trump, yang diperkirakan akan meresmikan kesepakatan perdagangan dengan mitra China Xi Jinping pada pertemuan APEC di Santiago pada November, mengatakan dirinya mendukung keputusan Pinera untuk membatalkan dua pertemuan internasional tersebut.